JAKARTA, KOMPAS.com - Pada Selasa (28/2/2017) pagi, para karyawan "lapo" (rumah makan khas Batak) mulai membongkar kios-kios yang sudah berdiri puluhan tahun di sentra kuliner tradisional Jalan Lapangan Tembak, Senayan, Jakarta Pusat.
Pembongkaran kios menyusul pemberitahuan pengosongan lokasi dagang paling lambat hari ini. Kios yang tengah dibongkar yakni RM Medan Ria dan RM Masakan Manado.
Menurut rencana, di lokasi tersebut akan dibangun fasilitas penunjang kegiatan Asian Games yang akan dilaksanakan di GBK pada 2018.
"Kami dari kemarin (bongkar), terakhir jualan tanggal 26, hari Senin berarti kami tutup. Memang kan milik kami bangunannya, sayang ini bisa dipakai, bisa dijadiin duit," ujar Betty Asnalia Simangunsong, pemilik RM Medan Ria.
(Baca juga: Asa Para Pedagang di "Lapo" Senayan...)
Betty mengatakan, dia sudah menyiapkan tempat baru, yakni di kawasan BSD, Serpong. Spanduk pemberitahuan mengenai lokasi baru RM Medan Ria itu sudah dipasang di bangunan yang tengah dibongkar itu.
Dengan memasang spanduk, ia berharap pelanggan tahu tempat jualan baru RM Medan Ria. Berdasarkan pantauan Kompas.com, sebagian rumah makan di kawasan Lapangan Tembak itu sudah tutup.
Para pemilik kios mulai membereskan barang-barang di dalam kiosnya. Kursi-kursi plastik dibersihkan, barang-barang di dapur kios pun mulai dikemas.
"Kami disuruh tutup hari ini. Kami bingung sih, sayang, tetapi kami juga sudah enggak bisa apa-apa," kata Eva (50), pemilik RM Medan Baru.
Berbeda dengan Betty, Eva mengaku belum tahu ke mana akan pindah berjualan. Barang-barang di kiosnya akan diangkut ke rumah terlebih dahulu.
Menurut dia, tidak mudah mencari tempat baru untuk berjualan. Sebab, kebanyakan harga sewa tempat relatif mahal.
Eva mengatakan, kebanyakan rumah makan di Lapo Senayan sudah tutup sejak Senin (26/2/2017), termasuk rumah makan yang mulai dirintis orangtuanya, Imlan (80), itu.
Mereka sebenarnya ingin tetap bertahan dan berdagang di sana. Jika tidak bisa, para pedagang berharap pengelola GBK menyediakan tempat relokasi untuk mereka. Namun, hal itu tidak terjadi. Eva pun menyayangkannya.
"Kenapa dia (pengelola GBK) enggak kasih kami lagi satu tempat. Masa kamu buang udah puluhan tahun. Kalau dia nyari tempat saja buat kami, kami juga enak kan. Ini tempatnya enggak ada," tuturnya.
Eva memiliki enam karyawan yang bekerja dengannya. Kini, keenam karyawannya itu kehilangan pekerjaan. Sebagian dari mereka pulang kampung.
"Tambah pengangguran deh," kata Eva.