Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Anies-Sandi Bantah Isu Negatif soal Anies Saat Jadi Mendikbud

Kompas.com - 28/02/2017, 17:36 WIB
Jessi Carina

Penulis

Kompas TV Calon Gubernur DKI Jakarta nomer urut 3, Anies Baswedan lebih memilih mendatangi TPS 29 di Kalibatan Pancoran, Jakarta Selatan. Anies datang saat pemungutan suara sedang berlangsung, disaat bersamaan pasangan Sandiaga Uno ini bertemu dengan Ketua KPU DKI Jakarta, Sumarno yang sedang memantau jalannya pemungutan suara ulang.

JAKARTA, KOMPAS.com - Beredar di media sosial pengakuan seorang pegawai Kementerian Pendidikan dan Kebudyaan mengenai calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Pengakuan itu dibantah oleh tim pemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Anggota tim hukum Anies-Sandi, Yupen Hadi, mengatakan, isu yang viral itu terkait posisi Anies saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

"Kami sampaikan, sudah ada pernyataan dari sumber utama yang diviralkan lewat whatsapp group adalah tidak benar," ujar Yupen di Posko pemenangan Anies-Sandi, Jalan Cicurug, Menteng, Selasa (28/2/2017).

Yupen mengatakan, isu tersebut awalnya dimunculkan oleh Nina Kentjana yang bekerja di Inspektorat Jenderal Kemendkibud. Percakapan Nina dalam whatsapp group menjadi viral karena menyinggung soal Anies selama menjadi menteri.

Anies disebut mengangkat teman-temannya sebagai pejabat di kementerian itu. Selain itu, adik Anies disebut diberi kewenangan untuk mengelola kantin Kemendikbud.

Yupen mengatakan, mereka sudah mendapatkan surat permintaan maaf Nina terkait hal itu. Dalam surat pernyataan itu, Nina mengatakan apa yang dia sampaikan soal Anies adalah salah.

Anggota tim hukum lain, Arifin Djauhari, mengatakan, surat permintaan maaf itu sudah diterima oleh tim mereka. Mereka menerima permintaan maaf Nina dan menilai kasus ini sudah selesai.

"Karena sudah minta maaf, maka case closed," ujar Arifin.

Meski demikian, Wakil Ketua Tim pemenangan Anies-Sandi, Mohamad Taufik tetap merasa tidak terima dengan isu yang disebarkan Nina. Menurut dia, itu adalah cara-cara yang tidak bagus.

"Sudah viral baru deh minta maaf. Untung tim hukumnya baik hati, kalau saya maunya dilanjutkan nih," ujar Taufik.

"Saya kira masyarakat juga stop-lah perlakuan seperti ini. Main lah di pilkada dengan fair, jangan menodai demokrasi," kata Taufik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com