Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Median Temukan Fenomena "Asal Bukan Ahok" dalam Pilkada DKI

Kompas.com - 06/03/2017, 14:45 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Media Survei Nasional (Median) menemukan alasan signifikan mengapa warga Jakarta lebih memilih pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno ketimbang pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.

Alasan tersebut adalah adanya pandangan responden yang menyebutkan "asal bukan Ahok (sapaan Basuki)".

"Ini yang paling baru, yang belum pernah kami temukan dalam survei-survei sebelumnya, adanya pernyataan yang memilih Anies-Sandi, mereka mau memilih asal bukan Pak Ahok. Ada kelompok anti-Ahok yang mulai mengekspresikan dirinya," kata peneliti Median Rico Marbun saat menggelar rilis hasil survei di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (6/3/2017) siang.

Survei bertajuk "Memahami Peta Kompetisi Putaran Kedua Pilgub DKI" ini dilaksanakan dari tanggal 21 sampai 27 Februari 2017. Responden dalam survei ini sejumlah 800 warga DKI Jakarta yang mempunyai hak pilih.

Survei memiliki margin of error sebesar plus minus 3,4 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Peneliti menentukan sampel dalam survei dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi di seluruh kotamadya di Jakarta dan faktor gender.

Sumber pendanaan survei berasal dari dana mandiri pihak Median. Menurut Rico, dari total responden, 25,9 persennya memilih Anies-Sandi atas dasar alasan asal bukan Ahok.

Adapun 27,1 persen responden lainnya menyatakan pilih Anies-Sandi karena seagama, dan diikuti dengan faktor lain di bawah lima persen, seperti programnya bagus, santun, berpengalaman dan terbukti, serta alasan lainnya. (Baca: Survei Median: Ahok-Djarot 39,7 Persen, Anies-Sandi 46,3 Persen)

Kemudian, ketika ditanya apa yang tidak disukai dari Basuki-Djarot, sebanyak 28 persen responden menyebutkan soal tidak bisa menjaga kata-kata. Disusul dengan soal kasus dugaan penodaan agama sebanyak 10,7 persen, arogan sebesar 9,3 persen, dan lainnya.

"Total tone negatif soal Ahok-Djarot masih tinggi, kalau ditotal sekitar 65,7 persen. Sedangkan tone negatif untuk Anies-Sandi hanya 17 persen, dengan faktor belum terbukti kinerjanya yang disampaikan tujuh persen responden," tutur Rico.

Ahok-Djarot akan bersaing dengan Anies-Sandi pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017. Kampanye putaran kedua Pilkada DKI Jakarta akan berlangsung pada 7 Maret-15 April, sementara pemungutan suara pada 19 April.

Kompas TV Sepanjang hari litbang Kompas menggelar hitung cepat Pilkada DKI Jakarta dari berbagai titik yang dijadikan sampling.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kembangkan 'Food Estate' di Kepulauan Seribu, Pemprov DKI Bakal Perhatikan Keselamatan Lingkungan

Kembangkan "Food Estate" di Kepulauan Seribu, Pemprov DKI Bakal Perhatikan Keselamatan Lingkungan

Megapolitan
Kelakar Heru Budi Saat Ditanya Dirinya Jadi Cagub DKI: Pak Arifin Satpol PP Juga Berpotensi...

Kelakar Heru Budi Saat Ditanya Dirinya Jadi Cagub DKI: Pak Arifin Satpol PP Juga Berpotensi...

Megapolitan
Keluarga Korban Pembacokan di Kampung Bahari Masih Begitu Emosi terhadap Pelaku

Keluarga Korban Pembacokan di Kampung Bahari Masih Begitu Emosi terhadap Pelaku

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bogor Hari Ini, 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bogor Hari Ini, 28 Maret 2024

Megapolitan
Aviary Park Bintaro: Harga Tiket Masuk dan Fasilitasnya

Aviary Park Bintaro: Harga Tiket Masuk dan Fasilitasnya

Megapolitan
Pengakuan Sopir Truk yang Bikin Kecelakaan Beruntun di GT Halim: Saya Dikerjain, Tali Gas Dicopotin

Pengakuan Sopir Truk yang Bikin Kecelakaan Beruntun di GT Halim: Saya Dikerjain, Tali Gas Dicopotin

Megapolitan
Berkas Rampung, Ammar Zoni Dilimpahkan ke Kejaksaan untuk Disidang

Berkas Rampung, Ammar Zoni Dilimpahkan ke Kejaksaan untuk Disidang

Megapolitan
Pengendara Motor Dimintai Uang agar Bisa Lewat Trotoar, Heru Budi: Sudah Ditindak

Pengendara Motor Dimintai Uang agar Bisa Lewat Trotoar, Heru Budi: Sudah Ditindak

Megapolitan
Jadi Tersangka, Sopir Truk 'Biang Kerok' Tabrakan di GT Halim Utama: Saya Beli Semua Mobilnya

Jadi Tersangka, Sopir Truk "Biang Kerok" Tabrakan di GT Halim Utama: Saya Beli Semua Mobilnya

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Kamis 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Kamis 28 Maret 2024

Megapolitan
Pemkot Bogor Relokasi 9 Rumah Warga Terdampak Longsor di Sempur ke Rumah Kontrakan

Pemkot Bogor Relokasi 9 Rumah Warga Terdampak Longsor di Sempur ke Rumah Kontrakan

Megapolitan
Wali Kota Bogor Diisukan Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Bima Arya: Itu Spekulasi

Wali Kota Bogor Diisukan Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Bima Arya: Itu Spekulasi

Megapolitan
Pelaku Pembacokan di Kampung Bahari Jalani Pemeriksaan dengan Tenang Usai Tewaskan Sepupu

Pelaku Pembacokan di Kampung Bahari Jalani Pemeriksaan dengan Tenang Usai Tewaskan Sepupu

Megapolitan
SPBU di Bekasi Tak Terlibat Kasus Bensin Dicampur Air, Polisi: Mereka Telah Ikuti Prosedur

SPBU di Bekasi Tak Terlibat Kasus Bensin Dicampur Air, Polisi: Mereka Telah Ikuti Prosedur

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Sungai Ciliwung, Tersangkut di Kolong Jembatan

Mayat Pria Ditemukan di Sungai Ciliwung, Tersangkut di Kolong Jembatan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com