Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Walhi Nilai Penghentian Reklamasi Tak Mengganggu Investasi

Kompas.com - 21/03/2017, 15:40 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Nur Hidayati, menilai penghentian proyek reklamasi di Teluk Jakarta tidak akan mengganggu investasi di Tanah Air. Nur menyatakan, langkah untuk memperhatikan lingkungan hidup dan masyarakat atas dampak reklamasi, tidak akan mengganggu investasi.

"Yang harus kita perhatikan adalah apakah kemudian kita memperhatikan lingkungan hidup, memperhatikan aspirasi masyarakat, apakah investasi akan berkurang? Tidak," kata Nur usai konfrensi pers di kantor Walhi di Jalan Tegal Parang Utara, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Selasa (21/3/2017).

Ia mengatakan, di negara maju, aturan tentang masalah lingkungan hidup dan proses pelaksanaannya begitu ketat dibadingkan dengan di Indonesia. Kebijakan yang berdampak pada lingkungan hidup melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

"Apakah investasinya berkurang?  Kan enggak," kata Nur.

Nur menegaskan, langkah memperhatikan lingkungan hidup tidak akan mengganggu investasi.

"Jadi itu sudah terbukti di banyak negara maju yang justru lebih memperhatikan lingkungan, secara hukum diproses secara benar, itu semua tidak ada masalah dengan investasi dan lain-lain," ujar Nur.

Proyek reklamasi di Teluk Jakarta, kata Nur, yang dinilai berdampak pada lingkungan dan masyarakat, justru sarat pelanggaran aturan dan dan tidak untuk kepentingan umum. Masyarakat pinggiran di Teluk Jakarta, lanjut dia, terkena dampak penggusuran, kehilangan mata pencaharian, dan lainnya akibat reklamasi. Belum lagi ada unsur korupsi yang menyertai proses reklamasi itu.

"Tidak bisa lagi mempertahankan cara-cara bisnis yang prosesnya manipulatif, dilakukan tanpa memperhatikan aspirasi masyarakat dan kepentingan lingkungan hidup," kata Nur.

Dia enggan berasumsi saat ditanya apakah saat pemerintah punya aturan lengkap untuk melaksanakan reklamasi, reklamasi bisa dilakukan.

"Itu semua harus dibuka ruang dan kita tidak bisa melakukan asumsi-asumsi. Itu harus melalui proses konsultasi publik yang terbuka, debat publik yang terbuka, melibatkan semua ahli, semua kepentingan. Sebenarnya apa yang mau dijawab dari reklamasi ini," kata Nur.

Wahli, sebagai lembaga yang peduli di masalah lingkungan, menilai reklamasi bukan solusi untuk merestorasi Teluk Jakarta.

"Kalau alasannya memperbaiki kondisi Teluk Jakarta, apakah jalan satu-satunya dengan reklamasi. Kan enggak, kita belum melihat opsi-opsi lainnya, bagaimana kita melakukan perbaikan kualitas Teluk Jakarta," ujar Nur.

Ia menilai, jika reklamasi untuk menjawab masalah keterbatasan lahan, harus dicari solusi alternatif.

"Kalau memang masalahnya ketersediaan lahan, kekurangan lahan di Jakarta, apa alternatifnya. Itu harus dibuka semua pilihan-pilihan dari kebijakan," ujar Nur.

Kompas TV Izin Reklamasi Dicabut, Ini Tanggapan Anies & Ahok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com