JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono membandingkan situasi saat dia memimpin Sulawesi Utara sebagai pejabat gubernur dengan situasi saat ini ketika ditunjuk sebagai Plt Gubernur DKI Jakarta.
Sumarsono menjelaskan, di Sulawesi Utara, kehidupan warganya sangat pluralis. Mayoritas pemeluk agama di daerah tersebut beragama kristen protestan, katolik. Namun, antar umat beragama di sana saling menghargai.
Ketika diangkat sebagai pejabat gubernur, kata Sumarsono, tidak ada penolakan apapun dari masyarakat.
"Saya haji tapi diterima mereka. Enggak ada yang nolak waktu di Sam Ratulangi (bandara), enggak ada sama sekali mereka bilang menolak gubernur Islam. Mereka sambut saya," ujar Sumarsono di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (10/4/2017).
Hal itu disampaikan Sumarsono usai mengukuhkan pengurus Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Tingkat Provinsi dan Kota/Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Periode Tahun 2016-2021.
Sumarsono menjelaskan, di Jakarta situasi lebih panas dibanding di Sulawesi Utara, terlebih lagi saat momen Pilkada DKI Jakarta. Namun, hal itu menurut Sumarsono masih dalam taraf wajar karena Jakarta merupakan Ibu Kota negara.
Baca: Sumarsono Miris Banyak Spanduk Provokatif Dipasang di Masjid
Untuk meredam panasnya suhu politik di Jakarta, di awal menjabat Sumarsono membuta slogan yang dinilai bisa meredam panasnya suhu politik di masyarakat. Slogan tersebut ialah "kita semua bersaudara".
Spanduk dengan slogan itu telah terpasang di jalan-jalan dan kantor pemerintahan di Jakarta.
"Di sini suhu nya lebih panas dibanding Sulawesi, di sini sumbu pendek, salah sedikit langsung di-bully. Apalagi sosial media banyak berita hoax, tapi wajar karena ini Ibu kota negara," ujar Sumarsono.
"Jakarta bukan milik satu agama, satu bangsa, tapi milik warga Indonesia," tambah Sumarsono.
Sumarsono dilantik menjadi Pejabat Gubernur Sulawesi Utara dari 20 September 2015 hingga 11 Februari 2016. Jabatan Sumarsono sebagai Plt Gubernur DKI Jakarta akan berakhir pada 16 April 2017.