JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat tak hanya menyampaikan udangan peresmian masjid di Daan Mogot saat menemui Sinta Nuriyah Wahid, istri Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Jalan Warung Sila, Ciganjur, Jakarta Selatan, Kamis (13/4/2017).
Djarot sekaligus ingin meminta doa restu jelang putaran kedua Pilkada DKI 2017.
"Jadi minta doa restu ya," kata Djarot, di kediaman almarhum Gus Dur.
Menurut Djarot, keluarga Gus Dur sudah seperti keluarganya sendiri. Djarot juga mengatakan, kegiatan ini sekaligus silaturahmi kembali setelah beberapa waktu lalu pernah hadir di acara Haul Gus Dur.
"Saya terakhir ke sini kan waktu haulnya Gus Dur. Saya sudah janji sama beliau ke sini lagi," ujar Djarot.
Sinta yang berada di samping Djarot mengatakan sudah lama mengenal Djarot. Waktu Djarot masih Wali Kota Blitar, Sinta kerap diundang untuk sahur bareng.
Baca: Djarot Undang Istri Gus Dur Hadiri Peresmian Masjid Raya Jakarta
Namun, niat itu baru terlaksana ketika di Jakarta. Saat ditanya apakah pertemuan ini terkait pilkada, Sinta mengatakan siapapun yang meminta doa restu kepadanya tentu akan ia terima.
"Saya itu pernah jadi ibu anak bangsa Indonesia. Siapapun yang mau menjabat atau apa, dan datang kemari akan saya terima. Dan mereka datang pasti minta doa restu, saya doakan saya restui semuanya," ujar Sinta.
"Perkara siapa yang jadi, itu urusan Tuhan. Jadi seperti kemarin waktu pilpres, pemilihan gubernur, semua sama pada datang ke sini," lanjut Sinta.
Ia mengatakan, tokoh seperti Joko Widodo sebelum menjadi gubernur dan Presiden RI juga datang ke tempatnya. Tokoh lain pun begitu.
"Pak Hatta Rajasa, Pak Gubernur Jawa Timur. Semuanya pada datang. Nah, kalau sekarang Pak Djarot datang, 'lho jangan Pak', masa saya (bilang) begitu," ujar Sinta.
Baca: Video Gus Dur Ditayangkan dalam Persidangan Ahok, Begini Isinya
Keduanya juga punya rencana akan bersama melakukan sahur keliling pada bulan puasa tahun ini. Daerah tujuannya yakni kampung nelayan dan wilayah Tanjung Priok.
Saat ditanya apakah alasan memilih kampung nelayan sebagai daerah tujuan sahur keliling, ada kaitannya dengan masalah reklamasi. Sinta tegas membantahnya karena ia memisahkan kegiatan agama dengan urusan politik.
"Lepas dari itu. Pokoknya saya selalu mengatakan bahwa sahur keliling atau buka puasa bersama itu tidak ada baju politiknya. Murni kegiatan keagamaan dan kemanusiaan," ujar Sinta.