Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sandi "Pedekate" dengan Warga Kampung Dayak hingga Santri dalam Garap Tol Cipali

Kompas.com - 13/04/2017, 22:05 WIB
Akhdi Martin Pratama

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, menceritakan pengalamannya saat menjadi pihak yang ikut menggarap proyek pembangunan Tol Cirebon-Palimanan.

Sandiaga merupakan salah satu pemegang saham PT Lintas Marga Sedaya (LMS), perusahaan yang menjadi pemegang konsesi Tol Cikampek-Palimanan (Cipali).

Pria yang menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ini mengatakan, pada awalnya ia kerap mendapat penolakan dari warga sekitar saat membangun tol tersebut.

Salah satu kelompok warga yang menentang adalah suku Dayak yang tinggal di kawasan Cirebon.

"Awalnya saya enggak tahu bahwa ada kampung Dayak di tengah-tengah Jawa Barat yang sudah ada di sini lebih dari 300 tahun. Mereka datang ke sini pindah waktu perang Fatahillah," ujar Sandiaga saat meninjau Tol Cipali, Jawa Barat, Kamis (13/4/2017).

(Baca juga: Sandiaga Sebut Realisasi Tol Cipali Lebih Sulit dari Program Dp 0 Rupiah)

Sandiaga pun terus melakukan dialog dengan warga Kampung Dayak tersebut. Dia juga sempat menemui orang yang dituakan di kampung itu.

"Kita melakukan pendekatan, dia sempat cabut mandau dan mengancam semua. Akhirnya, dengan kerjas ama yang baik, beliau bisa ditenangkan dan akhirnya beliau sudah menerima," ucap dia.

Selain penolakan dari warga Kampung Dayak, Sandiaga mengaku ditentang oleh para santri di salah satu pesantren di Cirebon.

Para penghuni pesantren tersebut bersikukuh tidak ingin dipindahkan. Bahkan, Sandiaga sempat mengajak Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Keuangan, hingga Menteri Agama untuk membantu melobi para penghuni pesantren agar mau dipindahkan.

Namun, mereka tetap tidak mau pindah. "Mereka bilang 'Pak Sandi mau bawa siapa pun juga, termasuk Gus Dur, kami tidak akan pindah'," kata Sandiaga.

Akhirnya, Sandiaga memutuskan untuk membelokkan rute proyek Tol Cipali itu agar tidak mengenai lokasi pesantren tersebut.

"Alhamdulillah kita bisa membelokkan jalan ini walaupun menambah sedikit biaya tapi kita dahulukan kepentingan warga masyarakat. Ternyata di tempat yang kita lalui selama ini," ujarnya.

(Baca juga: Sandiaga: Sekarang Hantaman Isunya Sudah Sangat Absurd)

Dari proyek tersebut, Sandiaga mengaku mendapat pengalaman berharga. Menurut dia, dalam membangun sesuatu harus mengedepankan dialog kepada warga.

Warga harus diajak berpartisipasi dalam sebuah pembangunan infrastruktur. Dengan begitu, mereka akan merasa dihargai.

"Pemimpin harus turun sendiri, pemimpin itu enggak boleh hanya di kantor. Adu bicara itu harus dilalui, bukan kita mengirim aparat bersenjata untuk mereka," ucap dia.

Kompas TV Dalam debat final pilkada jakarta, kedua pasangan calon diminta pandangan mereka terkait permasalahan kesehatan bagi warga jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Megapolitan
Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Megapolitan
MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

Megapolitan
Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com