Erni Susanti (39) mengarahkan bagian belakang ponsel pintarnya ke arah Dimas Rafi (9), anak keduanya, yang bergaya dengan berbagai pose. Bocah laki-laki yang masih mengenakan setelan baju tidur berwarna coklat itu pada Kamis (23/2) pagi tengah mencoba salah satu wahana permainan di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak Baung di Kebagusan, Jakarta Selatan.
Saat itu sekitar setengah jam menjelang Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Baung diresmikan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, yang kini tengah cuti. RPTRA seluas 1.800 meter persegi itu dibangun dari limpahan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) Nestle Indonesia di atas lahan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Salah seorang tokoh masyarakat setempat, Muhdas (53), yang juga Ketua Ikatan Warga Betawi Kebagusan, menyebutkan, sebelum dibeli Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di era pemerintahan Sutiyoso, lahan itu merupakan kebun warga yang ditanami jambu biji dan pepaya. Berdekatan dengan lokasi itu dulu kawasan rawa-rawa.
Tak mengherankan jika jalannya dinamakan Jalan Baung. Baung adalah nama ikan air tawar serupa patin. "Memang di RW 002 ini nama jalannya rata-rata nama-nama ikan. Ada Jalan Sepat, Jalan Gabus, dan Jalan Baung," ucapnya.
Pagi itu, untuk pertama kali Erni melihat lokasi tersebut dalam bentuknya yang baru setelah sekitar satu tahun sebelumnya masih dipenuhi belukar. Kini ada lapangan basket dan futsal yang juga bisa jadi lapangan voli, aneka wahana permainan bagi kaum bocah, warung serba ada, juga perpustakaan.
"Sebelumnya kosong saja, jadi kesannya kumuh," kata Erni yang tinggal mengontrak bersama suami dan anak-anaknya sekitar 500 meter dari lokasi tersebut sejak tahun 1999.
Sekarang Erni tak perlu khawatir mengawasi anaknya saat bermain. Padahal, sebelumnya, ia mesti mengeluarkan energi ekstra untuk hal tersebut. "(Saking khawatirnya) Saya kadang bilang (main) di rumah saja, enggak usah keluar," ujar Erni.
Tentu saja berada di dalam rumah seharian bukan hal ideal bagi anak-anak. Terutama karena salah satu hak mereka adalah bermain, selain pengasuhan sebagai yang utama.
Tak jauh dari situ, dalam waktu hampir bersamaan, Yanti (42) tengah menyuapi Raya (5), cucu pertamanya, di atas bangku ayunan yang dimainkan Raya bersama sejumlah bocah lain. Yanti sudah 23 tahun berdomisili di kawasan itu bersama suaminya, Hartoyo (45), dan kedua anak mereka, Hendi (23) dan Meilia Pratiwi (17).
Mengetahui lokasi itu kini dibangun ulang dengan sejumlah fasilitas, Yanti merasa senang karena warga segala umur bisa menggunakan taman itu. "Ibu-ibu (sebelumnya) juga suka main voli di lapangan yang dulu," katanya.
Isi perpustakaan juga dijamin. Hari itu, Duta Besar Swiss untuk Indonesia menyumbangkan 1.037 buku bacaan, 73 buku braille, serta 15 paket permainan edukatif.
Harga diri
Basuki Tjahaja Purnama dalam pidatonya di hadapan warga yang tinggal di sekitar RPTRA Baung menggarisbawahi pentingnya RPTRA berikut segala kegiatan di dalamnya-dengan para anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebagai ujung tombaknya-sebagai salah satu instrumen untuk meningkatkan moral warga.
Ia menyebutkan, salah satu upaya adalah melengkapi RPTRA tersebut dengan sejumlah wahana permainan berstandar sama seperti dipergunakan di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.
Basuki mengatakan, semua wahana permainan itu diasuransikan. Itu masih ditambah dengan jaminan atas kerusakan selama lima tahun.