JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW), Donal Fariz, menilai ada pertaruhan dari para kandidat terkait maraknya politik uang dan sembako pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Kandidat sekarang 'berjudi' melakukan politik uang tanpa memikirkan secara langsung berdampak pada perolehan suara mereka,” kata Donal di Kantor ICW, Jakarta Selatan, Selasa (18/4/2017).
Pertaruhan ini dapat dilihat dari berbagai survei terakhir, di mana perbedaan suara antara paslon yakni satu hingga tiga persen. Para kandidat bertaruh dengan bagi-bagi uang dan sembako, maka bisa berdampak pada perolehan suara mereka.
Donal melanjutkan kondisi ini juga terjadi karena implikasi ketentuan yang mensyaratkaan batas perolehan suara di bawa ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait sengketa pemilu. Syarat di DKI Jakarta bila margin suara antara paslon sebesar satu persen.
"Kalau kita ambil patokan suara kemarin tahap satu, kira-kira di antara 50.000 sampai 60.000 suara. Kalau di antara itu terjadi, baru bisa dibawa ke MK,” kata Donal.
Baca: Paket Sembako dan Demokrasi yang Dicederai
Kondisi ini pun menjadi salah satu pemicu masing-masing tim pemenangan atau pun kandidat terdorong melakukan berbagai macam kegiatan, termasuk politik uang atau pun sembako.
“Orang berlomba-lomba lakukan kejahatan pemilu, karena menghindari syarat pemilu satu persen. Singkat kata ngapain setengah-setengah melakukan kejahatan, lebih baik sekalian lakukan kejahatan, karena syarat formil tak akan terpenuhi,” kata Donal.