Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Djarot dan Membludaknya Warga di Balai Kota

Kompas.com - 28/04/2017, 08:13 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah warga yang menunggu kedatangan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat memang tidak sebanyak warga yang antre untuk berfoto dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Letak kantor Djarot yang berada di lantai dua juga membuat orang tidak bisa berbondong-bondong masuk. Berbeda dengan kantor Ahok yang dekat dengan pendopo Balai Kota DKI Jakarta.

Namun saat Djarot tiba di Balai Kota, dia langsung menarik perhatian warga yang mengantre berfoto dengan Ahok. Hal itu juga terjadi Kamis (27/4/2017) kemarin, saat Djarot berjalan kaki dari lobi ke kantornya.

Warga yang menunggu Ahok sejenak meninggalkan antreannya dan mengerumuni Djarot. Kebanyakan mereka menyampaikan ungkapan semangat atau hanya mencurahkan isi hati.

"Pak, saya enggak bisa berhenti nangis loh Pak," kata seorang warga.

"Sing sabar ya," jawab Djarot.

Saat Djarot berada di ruang kerja, ada saja warga yang menunggu di depan pintunya. Mereka menanti Djarot keluar agar bisa berfoto bersama. Saat keluar untuk mengikuti rapat, Djarot pun harus meladeni permintaan foto itu satu per satu. Ia terus menguatkan para pendukung yang kecewa.

"Ini kan apresiasi dari warga ke Basuki Djarot. Banyak di antara mereka yang datang ke sini menangis, saya juga sampaikan 'Kuatkanlah, kuatkanlah hati kalian warga masyarakat, termasuk hati kami'," ujar Djarot.

KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI Sejumlah berpose di depan karangan bunga yang ditujukan untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dal Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat tertata di kompleks Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (26/4/2017). Karangan bunga tersebut berisi simpati warga kepada Ahok-Djarot terutama pascapilkada DKI 2017.
Djarot mengatakan dia dan Ahok masih memiliki tanggung jawab meski kalah dalam pilkada. Mereka berdua harus membesarkan hati para pendukung yang kecewa. Itu sebabnya Djarot bersedia menerima warga meski hanya mengandalkan sela-sela waktu kerjanya.

"Tapi di lain sisi, kami juga harus membesarkan hati kami sendiri serta keluarga kami," ujar Djarot.

Djarot mengatakan proses pilkada selama dua putaran begitu penuh dinamika. Dia dan keluarganya juga harus menenangkan diri dari proses panjang itu. Hal ini membuat Djarot memiliki dua tanggung jawab terhadap dirinya serta keluarga dan terhadap masyarakat.

"Terus terang apresiasi ini bukan hanya ada di warga Jakarta tapi seluruh Indonesia memberikan apresiasi terhadap apa yang sudah kami kerjakan," ujar Djarot.

Tudingan

Di tengah kesedihan, ada saja tudingan negatif yang menimpa Ahok dan Djarot. Terutama soal karangan bunga yang memenuhi halaman Balai Kota. Karangan bunga itu dikirim oleh para pendukung yang bersedih. Namun, beberapa pihak menuding itu hanya 'setting-an' dan bagian dari pencitraan, bahwa bunga-bunga tersebut dipesan oleh Ahok sendiri.

KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBEL Sejumlah warga berpose bersama Wakil Gubernur DKI JAKARTA Djarot Saiful Hidayat di kompleks Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (26/4/2017). Para warga memberikan Karangan bunga yang berisi simpati warga kepada Basuki Tjahaja purnama atau Ahok dan Djarot terutama pascapilkada DKI 2017.
Djarot tidak mau pusing dengan segala tudingan itu. Menurut dia, kesedihan para pendukungnya bukan sesuatu yang bisa dikontrol.

"Bagaimana kamu bisa men-setting hatinya orang? Bagaimana kamu bisa men-setting perasaan orang? Bagaimana kamu bisa men-setting kebenaran dan nurani orang?" ujar Djarot.

Djarot mengatakan tudingan itu hanya pikiran-pikiran orang yang berburuk sangka. Dia mengajak berbagai pihak untuk mengedepankan pola pikir yang positif.

"Tunjukkan pada saya, bagaimana caranya men-setting sekian banyak orang yang bersedih dan menangis? Bagaimana caranya? Jangan begitulah, kita harus rasional juga," kata Djarot.

Kompas TV Sejumlah karangan bunga terdapat di sejumlah sudut Balai Kota.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com