Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Respons Cepat Pendukung Ahok-Djarot terhadap Aksi Pembakaran Bunga...

Kompas.com - 03/05/2017, 06:33 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar 10 karangan bunga yang dikirim untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dibakar oleh sejumlah buruh yang mengikuti aksi hari buruh atau May Day pada Senin (1/5/2017) siang. Api pun membumbung tinggi ke udara.

Karangan bunga yang dibakar adalah karangan bunga yang diletakan di sepanjang jalur pejalan kaki di Jalan Medan Merdeka Selatan.

Pendukung Ahok-Djarot langsung merespons cepat aksi tersebut. Mereka melakukan aksi menyalakan lilin sambil mengelilingi Jalan Medan Merdeka Selatan pada Senin malam.

Baca: Merespons Pembakaran Bunga, Relawan Ahok-Djarot Nyalakan Lilin

Masyarakat yang mengikuti aksi menyalakan lilin itu mulai dari anak kecil hingga lanjut usia. Sebagian dari mereka mengenakan baju kotak-kotak yang merupakan atribut kampanye Ahok-Djarot saat Pilkada DKI Jakarta 2017.

Keesokan harinya, Selasa (2/5/2017), pendukung Ahok-Djarot kembali merespons aksi pembakaran tersebut. Mereka mengirim karangan bunga yang bertuliskan soal pembakaran itu ke Balai Kota DKI Jakarta.

Beberapa bunga bertuliskan "Bunga bertanya: Apa salahku sampai aku kau bakar?", "Terima kasih kepada pembakar bunga... karena doa2 kita lebih cepat naiknya", hingga "Membakar bunga tidak bisa melenyapkan cinta kami kepada Pak Ahok & Pak Djarot".

Baca: Bunga Bertanya: Apa Salahku sampai Aku Kau Bakar?

Respons Ahok-Djarot

Baik Ahok maupun Djarot sama-sama menyayangkan aksi pembakaran karangan bunga tersebut. Sebab, karangan bunga tersebut, bisa dijual kembali oleh petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) atau Pasukan Oranye.

"Ya sayang aja (karangan bunga) dibakar ya, padahal itu kan rezekinya Pasukan Oranye," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa sore.

Ahok mengatakan, karangan bunga tersebut akan laku jika dijual kembali. Satu karangan bunga kemungkinan bisa dihargai Rp 50.000.

Sementara itu, Djarot mengatakan, tulisan dalam karangan bunga yang diberikan oleh warga itu tidak sedikit pun menyinggung salah satu pihak. Djarot menyebut, harusnya tidak ada alasan pembakaran itu dilakukan.

Baca: Ini Penjelasan Kelompok Buruh yang Bakar Karangan Bunga Ahok-Djarot

"Saya bertanya ini maksudnya apa. Salahnya (karangan) bunga itu apa pada mereka? Apakah ucapan-ucapan itu menyakiti hati mereka? Apakah ucapan-ucapan itu mengandung unsur-unsur ujaran kebencian, unsur-unsur SARA, kan tidak ya," ujar Djarot, Selasa.

Djarot mengaku prihatin dengan aksi yang dilakukan oknum buruh tersebut.

Djarot menilai, harusnya aksi yang dilakukan untuk memperjuangkan nasib buruk itu tidak tercoreng dengan adanya aksi tersebut.

Kompas TV Karangan bunga pun masih menghiasi area kantor Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com