JAKARTA, KOMPAS.com - Penerapan sistem parkir meter di Jakarta dianggap masih belum sesuai target dan tidak dilakukan secara benar.
"Penerapan parkir meter masih jauh dari sukses karena dilakukan setengah hati," kata pengamat tata kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga, kepada Kompas.com, Kamis (4/5/2017).
Menurut Nirwono, hal itu terlihat dari lokasi-lokasi yang memiliki parkir meter masih menjadi titik kemacetan. Semestinya, parkir meter dibuat untuk mengurangi kemacetan akibat parkir liar di pinggir jalan, bukan sebaliknya.
"Seharusnya parkir meter menjadi langkah awal untuk menghilangkan parkir on the street yang menimbulkan titik kemacetan sebesar 30 persen di lokasi tempat parkir meter itu berada," kata dia.
Baca juga: Ahok: Parkir Meter Tak Kurangi Jukir, tapi Oknum Ormas Hilang Jatahnya
Saat ini sistem parkir meter, yang pertama kali diterapkan di Jalan Sabang, Jakarta Pusat pada 2014, mulai merambah jalan lainnya di Jakarta. Jalan Juanda di Jakarta Pusat, Jalan Falatehan di Jakarta Selatan, dan Boulevard Kelapa Gading di Jakarta Utara merupakan lokasi berdirinya mesin khusus yang dinamakan Terminal Parkir Elektrinik (TPE).
Pemilihan lokasi itu sebagai tempat parkir meter dinilai Nirwono kurang tepat karena malah menimbulkan titik-titik kemacetan baru.
"Mestinya, di seluruh kawasan padat seperti perniagaan dan perkantoran dipasang parkir meter serta seharusnya parkir-parkir liar juga menjadi berkurang secara signifikan, bukan tetap dibiarkan seperti sekarang," kata dia.