Oleh: AGUS HERMAWAN
Medio April lalu, pukul 10.00 WIB, selepas Tugu Kujang Kota Bogor ke arah Jalan Otto Iskandardinata, seperti biasa, lalu lintas macet. Di trotoar yang melingkari Kebun Raya Bogor (KRB), sejumlah warga berolahraga lari. Berlari mengitari KRB memang menyenangkan. Trotoar lebar, pepohonan meneduhi jalanan.
Awal tahun ini, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mencanangkan "Bogor, The City of Runner", kota para pelari. Bersamaan dengan itu, Bima meresmikan jalur pedestrian 4,2 kilometer.
"Cuaca di Bogor pas buat olahraga," ujar Bima. Selain bagi warganya, pencanangan kota sebagai kota para pelari itu juga bisa mengundang lebih banyak wisatawan untuk berwisata olahraga.
Kota Bogor yang sekitar sejam dari Jakarta membuat peluang wisata olahraga terbuka lebar. Atmosfer Bogor mirip Bandung: hotel, wisata kuliner, ataupun factory outlet bertebaran. Bedanya, menuju "Kota Kembang" dari Jakarta, saat akhir pekan, bisa 3-4 jam atau lebih. "Ke Singapura lebih cepat", itu olok-oloknya.
Di Bogor, pendatang bisa malam mingguan menginap di hotel dan Minggu paginya, berolahraga lari atau jalan kaki. Lokasi lari tersedia, di KRB hingga taman, dari Istana Bogor, Lapangan Sempur, hingga Stadion Padjadjaran.
Berbenah
Namun, Bogor bukanlah San Francisco, California, Amerika Serikat. Kota itu baru saja dinobatkan Runner's World sebagai kota terbaik bagi pelari. Kota dengan kontur hilly-berbukit, turunan, dan tanjakan-itu bersahabat dengan pelari. Bukan hanya cuaca menyenangkan, tapi juga taman-taman kota dengan akses baik.
Runner's World mendata 250 kota dengan populasi penduduk di atas 160.000 orang. Untuk memperoleh 50 kota terbaik untuk lari, mereka memakai sejumlah indeks penilaian yang diukur dari seberapa sering warga berlari, jumlah event lari (race) setiap tahun, ketersediaan lintasan lari hingga akses ke taman publik, tempat rekreasi, serta fasilitas kebugaran. Bukan itu saja, cuaca atau iklim, makanan sehat, serta faktor lain penunjang hidup sehat jadi pertimbangan menempatkan kota ramah bagi pelari.
Mereka yang suatu saat berkunjung ke San Francisco disarankan membawa sepatu lari. Data Runner's World, di kota itu terdapat 16 klub lari dengan 246 event lari pada tahun lalu.
Data dari aplikasi Strava-aplikasi populer di gawai para pelari-warga San Francisco total tercatat 12.554 kali lari per minggu dengan jarak 64.037 mil (103.057,56 kilometer) tahun 2015. Cuaca nyaman saat musim panas, jalanan turun-naik (rolling), dan trek lari yang tiada habisnya menjadikan San Francisco kota terbaik bagi pelari. Bahkan, di atas kota New York dan Boston, dua kota tempat World Major Marathon diadakan.
Bukan membandingkan bumi dan langit, tetapi Bogor perlu banyak berbenah sebagai "City of Runner". Cari tempat parkir mobil tak mudah. Sampah kota kadang terlambat diangkut.
Minggu (7/5/2017), Bogor menggelar event lari. Dua event menunggu: KRB200 dan Bogor Sundwon Marathon. KRB200 merayakan 200 tahun KRB yang berlangsung 20-21 Mei 2017.
Jika mulus, Bogor akan tersohor dan sah menyebut diri "Bogor, City of Runner". Bukan Bogor yang tekor, asal sohor. Semangat!
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Mei 2017, di halaman 12 dengan judul "Bogor, Kota Pelari".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.