Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Warga Diklaim Retak-retak akibat Pembangunan Jalur KA Bandara

Kompas.com - 15/05/2017, 14:47 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi A DPRD DKI Jakarta memfasilitasi rapat mediasi antara PT Kereta Api Indonesia (KAI) dengan warga RW 12 Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, yang terdampak proyek pembangunan jalur kereta api Bandara Soekarno-Hatta di ruang rapat Komisi A di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (15/5/2017).

Dalam rapat mediasi tersebut, pendamping warga dari Divisi Hukum Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI), Nasrul Dongoran, mengatakan, rumah-rumah warga di RW 12 Manggarai banyak yang retak akibat proyek tersebut. Nasrul mempertanyakan analisis dampak lingkungan (amdal) proyek itu.

"Benar enggak sih PT KAI punya amdal? Nyata-nyatanya rumah warga ada yang jebol karena paku bumi yang kerja 24 jam. Studi kelayakannya bagaimana," kata Nasrul dalam rapat mediasi tersebut.

Nasrul mengatakan, proses pembuatan amdal tidak pernah melibatkan warga terdampak. Karena itu dia mempertanyakan amdal tersebut.

Selain itu, dia menyebut proyek yang mulai dijalankan di area Stasiun Manggarai itu juga mengganggu warga. Nasrul juga meminta penjelasan tentang master plan proyek pembangunan jalur KA bandara yang mengharuskan PT KAI menertibkan 11 bangunan milik warga di RW 12. Hingga saat ini, kata Nasrul, warga tidak pernah mendapatkan penjelasan mengenai hal tersebut.

Sementara itu, Deputi II EVP Daop I Jakarta PT KAI Ari Soepriadi merasa tidak perlu menjawab pertanyaan Nasrul. Sebab, mereka tidak pernah mengetahui adanya surat kuasa yang menyatakan warga terdampak melimpahkan kuasanya kepada PBHI.

Ari menjelaskan, selama ini PT KAI kesulitan bertemu dan melakukan mediasi langsung dengan warga terdampak karena adanya pihak ketiga yang merasa menjadi kuasa mereka.

Ari mengatakan, apabila PT KAI bisa bertemu langsung dengan warga terdampak, komunikasi antara kedua belah pihak bisa saja dilakukan. PT KAI membuka peluang jika ingin melakukan negosiasi terkait besarnya uang ganti bongkar yang telah ditentukan dalam SK Direksi PT KAI Nomor: Kep.U/JB.312/IV/11/KA-2013.

"Ini bisa mungkin saja terjadi hasil rembukan kalau bisa ketemu dengan warganya langsung, usulan-usulannya yang mungkin lebih dari itu bisa kami sampaikan ke pimpinan," kata Ari.

Berdasarkan SK Direksi yang berlaku saat ini, PT KAI hanya bisa menyediakan uang pengantian bongkar sebesar Rp 250.000 per meter persegi bagi bangunan permanen dan Rp 200.000 per meter persegi bagi bangunan semi permanen. Apabila uang ganti bongkar yang mereka berikan melebihi ketentuan, Ari mengatakan hal tersebut bisa menjadi temuan hasil audit perusahaan.

Nasrul kemudian membantah bahwa PBHI tidak mengantongi surat kuasa dari warga. "Kami ada lampiran surat kuasanya, satu RW karena kami kalau mendampingi itu komunal masyarakat, bukan sendiri-sendiri. Kami edukasi masyarakat supaya memahami persoalan," kata Nasrul.

PT KAI berencana menertibkan 11 bangunan warga di lahan seluas 1.150 meter persegi di RW 12 Manggarai. Bangunan-bangunan tersebut disebut berdiri di tanah PT KAI sesuai sertifikat hak pakai Nomor 47 Manggarai Tahun 1988.

Lahan tersebut akan digunakan untuk mewujudkan integrasi moda transportasi massal, yakni pembangunan jalur kereta api Bandara Soekarno-Hatta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com