Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Para Raden, Wiraguna di Utara dan Saleh di Selatan

Kompas.com - 15/05/2017, 18:00 WIB

Oleh: Irene Sarwindaningrum & Amanda Putri N

Di Ragunan, kisah dua raden dari dua masa berbeda bertemu. Petilasan Raden Wiraguna di ujung utara dan warisan maestro lukis Raden Saleh di ujung selatan. Kawasan di pinggiran Jakarta Selatan yang dulunya didominasi kebun dan rawa-rawa itu sekarang menjadi oase hijau yang menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati serta kisah sejarah.

Siapa tak kenal Taman Margasatwa Ragunan? Saat ini, Kelurahan Ragunan, salah satu kelurahan di Kecamatan Pasar Minggu itu, identik dengan taman margasatwa di paling ujung selatan kelurahan ini. Namun, sejarah Ragunan jauh sebelum kebun binatang pertama di Indonesia itu dipindah ke kawasan tersebut pada 1964.

Riwayat Ragunan dimulai tepat di ujung paling utara kelurahan seluas 5,05 kilometer persegi itu, tepatnya di Jalan Pejaten Barat di Kampung Pekayon. Terapit di antara gedung-gedung dan perkampungan padat, terdapat kompleks makam yang diyakini sebagai makam Pangeran Wiraguna dan asal-usul nama Ragunan.

Menurut buku Asal-usul Nama Tempat di Jakarta karya Rachmat Ruchiat, Ragunan berasal dari Pangeran Wiraguna, tuan tanah pertama di kawasan itu. Kisahnya bermula saat kebakaran melanda sebagian Keraton Surasowan tempat bertakhtanya Sultan Ageng Tirtayasa di Banten tahun 1675.

Dua bulan setelah kebakaran tersebut, datanglah Cardeel yang saat itu juru bangunan. Ia mengaku melarikan diri dari Batavia dan ingin memeluk Islam serta membaktikan diri kepada Sultan Banten. Saat itu, Banten bermusuhan dengan pemerintah kolonial Belanda di Batavia.

Sultan yang sedang mencari ahli bangunan menyambut baik Cardeel. Pria Belanda ini kemudian ditugasi memimpin pembangunan istana dan sejumlah bangunan lainnya, termasuk bendungan dan istana peristirahatan di sebelah hulu Ci Banten. Ia diberi gelar kehormatan, Kiai Aria Wiraguna.

Lalu, terjadilah perebutan takhta Kesultanan Banten antara Sultan Ageng Tirtayasa dan putranya sendiri, Sultan Abunasar Abdul Qahar atau Sultan Haji. Sultan Haji minta bantuan Belanda dengan mengirim Kiai Aria Wiraguna ke Batavia. Dibantu Belanda, Sultan Haji merebut takhta Kesultanan Banten.

Sultan Haji meningkatkan gelar Cardeel menjadi Pangeran Wiraguna dan menghadiahkan sejumlah hektar lahan. Pada 1689, Cardeel pamit ingin kembali ke negeri Belanda. Namun, ternyata ia menetap di Batavia sebagai tuan tanah kaya raya dan menggunakan nama aslinya. Lahannya yang terluas berada di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Ragunan.

Namun, versi itu tidak diakui warga asli Kampung Pekayon. Juru kunci petilasan Pangeran Wiraguna, Lia (42), mengatakan, versi warga yang turun-temurun diceritakan adalah Pangeran Wiraguna bukan orang Belanda, melainkan murid Wali Songo, yaitu Sunan Gresik, yang dikirim ke daerah ini.

Menurut Lia, tempat yang diyakini sebagai makam itu sebenarnya petilasan. Sebelum direnovasi pada 2010 menjadi bangunan modern yang bertahan sampai sekarang, bangunan di sana adalah joglo bergaya Jawa dengan empat tiang. Saat renovasi, bangunan terbuka itu dirobohkan. Hingga sekarang, kisah kesaktian Pangeran Wiraguna itu masih kuat. Orang-orang dari sejumlah daerah berdatangan untuk berdoa di sana.

Petilasan ini berada di sebuah lahan tersembunyi yang diisi sejumlah makam. Makam itu tak terlalu padat, sebagian berasal dari 1950-an. Lia mengatakan, tempat itu bukan makam, tetapi petilasan atau tempat Pangeran Wiraguna pernah tinggal. Sebelum direnovasi menjadi bangunan tembok modern pada 2010, di lahan tempat bangunan itu terdapat joglo bergaya Jawa.

Jalan menuju kompleks makam itu merupakan gang-gang yang terlalu sempit untuk dilalui mobil. Di antara belasan makam yang tersebar tak teratur itulah terletak petilasan Pangeran Wiraguna. Di dalam ruangan berwarna hijau itu tak terlihat batu nisan. Hanya satu tempat tidur yang juga berbalut warna hijau menjadi pusat ruangan. Di tepi tempat tidur terdapat tulisan: Peringatan. Banyak orang tersesat karena mereka mengharapkan berkah dari makam: maunah, karomah, ilmu, harta, dan seseorang. Maka, jadikanlah ziarah ke makam untuk mengingat mati agar selamat di dunia dan akhirat.

Penjaga petilasan, Suyanti (33), mengatakan, sering ada orang datang ke petilasan untuk berdoa. Tidak hanya mereka yang tinggal di Jakarta, tetapi juga dari beberapa daerah di Indonesia.

Pusat flora fauna

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Megapolitan
Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Megapolitan
Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com