Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Dinginkan Suasana, Perlu Ada Jeda Media Sosial di Masyarakat

Kompas.com - 02/06/2017, 15:12 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada kondisi dan situasi berbeda dalam hal penggunaan media sosial antara dulu sebelum pilkada terutama Pilkada DKI dan setelahnya. Ketika sebelum Pilkada DKI, setiap pengguna media sosial bisa menulis dan mengkritik apapun secara bebas dan merupakan hal yang biasa.

"Ya kalau dulu sebelum Pilkada DKI tepatnya, mengkritik segala macam itu hal yang biasa sepanjang tidak terlalu berlebihan dan menjelekkan orang," kata pengamat media sosial dari Indonesia ICT (Information and Communication Technology) Institute, Heru Sutadi, kepada Kompas.com, Jumat (2/6/2017).

Namun, kondisi berbeda terjadi saat ini karena politik identitas semakin kuat di semua kalangan yang cenderung menajam.

Imbasnya, begitu ada pengguna media sosial yang mengkritik atau menuliskan sesuatu tentang kelompok tertentu maka secara cepat hal itu di-capture dan disebarkan secara luas.

Oleh sebab itu, Heru melihat perlu ada pemberhentian sementara atau jeda penggunaan media sosial seperti yang pernah Perancis dan Turki lakukan ketika menjelang pemilihan umum.

"Perlu ada jeda media sosial untuk dievaluasi apakah media sosial ini lebih banyak positif atau negatifnya. Kalau lebih banyak positifnya ya dilanjutkan, tetapi kalau sebaliknya perlu dievaluasi lagi," jelas Heru.

Baca: Marak Intimidasi terhadap Pengguna Medsos, Pemerintah Diminta Bersikap

Jeda media sosial ini, lanjut Heru, bisa dilakukan langsung oleh Presiden atau bawahannya yakni Menkominfo atau Menko Polhukam.

"Ya kalau trennya negatif ada baiknya dihentikan dulu sampai situasi berubah normal," ucapnya.

Kompas TV Menulis di Medsos, Dokter Ini Mendapat Intimidasi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

Megapolitan
Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com