Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mudik via Jonggol Terganggu

Kompas.com - 06/06/2017, 21:09 WIB

BOGOR, KOMPAS — Pada Lebaran tahun ini, jalur mudik di timur Bogor melalui Jonggol dipastikan terganggu. Kondisi ini disebabkan Jembatan Cipamingkis di Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, yang ambles masih dalam taraf perencanaan pembangunan.

"Jalur mudik di Kabupaten Bogor dalam kondisi bagus atau bisa dilalui. Kecuali di timur Bogor tak bisa dilalui karena jembatan baru Cipamingkis di Jonggol belum dibangun," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Bogor Yani Hassan, Senin (5/6).

Jembatan itu sangat vital dan strategis karena menghubungkan dua kecamatan di Kabupaten Bogor, yaitu Tanjungsari dan Cariu, melalui atau dari Kecamatan Jonggol. Dari Cariu, langsung ke Cianjur, sedangkan dari Jonggol ke Cileungsi, langsung ke Jakarta atau Bekasi.

Diperkirakan, kata Yani, jembatan baru Cipamingkis terealisasi dan dapat digunakan pada April 2018. Dengan demikian, pada musim mudik Lebaran tahun ini, pemudik dari Jakarta ke Cianjur atau sebaliknya tetap harus menggunakan jalur Puncak-Cisarua.

"Jembatan Cipamingkis yang ambles tidak bisa diperbaiki. Karena itu, jembatan baru harus dibangun. Saat ini dinas PUPR provinsi sedang merancang perencanaan pembangunannya," kata Yani.

Dalam perhitungan teknis, perencanaan pembangunan jembatan baru itu menghabiskan waktu dua bulan sehingga konsep perencanaan baru selesai akhir Juni. Lalu tender proyek pembangunannya memakan waktu satu bulan dan selesai bulan Juli. Pengerjaan proyeknya memerlukan waktu enam bulan atau akan rampung April 2018.

Pembangunan jembatan baru harus ditenderkan karena yang dibuat adalah bangunan permanen dan nilai proyeknya sekitar Rp 60 miliar.

Jadi, aktivitas perekonomian masyarakat timur Bogor, khususnya warga Jonggol, Tanjungsari, dan Cariu, akan terganggu untuk sementara.

Jembatan "bailey"

Yani tidak merekomendasikan pembangunan jembatan bailey karena kondisi Sungai Cipamingkis tidak aman. Kedua tebing curam tidak sama tinggi dan belum tentu stabil dan kokoh. Sementara jika dibangun lebih rendah dari jembatan yang ambles, ini akan berbahaya karena debit air sungai yang tinggi. Ketika hujan deras atau banjir, arusnya tak hanya deras dan cepat, tetapi juga membawa bebatuan.

Jembatan bailey adalah jembatan rangka baja ringan berkualitas tinggi yang mudah dipindah-pindah. "Biaya jembatan bailey sepanjang 120 meter hanya lebih murah 20 persen dari biaya pembangunan jembatan baru. Buat apa kita bangun jembatan bailey yang berisiko membahayakan penggunanya dan kemungkinan bisa hanyut? Anggaran pembangunan kita bisa hilang," kata Yani.

Pengerasan jalan inspeksi

Tentang desakan warga agar pemda segera mengeraskan jalan inspeksi perairan di Desa Weninggalih, Jonggol, Yani mengatakan, pada Juni ini juga pihaknya melakukan pengerasan jalan tanah selebar 5 meter dengan panjang 3 kilometer, menggunakan batu dan tak diaspal, apalagi dibeton. Baru pada 2018 jalan itu akan dibeton menggunakan anggaran rutin peningkatan jalan.

Menurut Yani, jalan inspeksi itu bukan jalan alternatif karena terputusnya Jembatan Cipamingkis sehingga untuk ke Tanjungsari/Cariu menggunakan jalan lama dari Simpang Jonggol-Bekasi, lalu masuk ke Desa Weninggelis-Cibarusah (Bekasi)-Tanjungsari/Cariu.

"Tidak bisa langsung diaspal atau dibeton karena anggaran pengerasan saat ini sebesar Rp 900 juta berasal dari dana talangan bencana terkait amblesnya Jembatan Cipamingkis. Kontraktor yang akan melaksanakan pekerjaan pengerasan itu sudah ditunjuk dan saat ini sedang dinegosiasikan bentuk pekerjaan dan pelaksanaannya," ujar Yani.

Menurut dia, jika sudah dikeraskan, jalan itu hanya bisa dilalui kendaraan ringan, bukan kendaraan berat semacam truk angkut barang material atau galian. "Kami berharap masyarakat memahami ini dan mematuhi. Kalau dilintasi truk, jalan di Rumpin saja, yang dibangun dengan beton, tetap rusak. Apalagi jalan tanah yang hanya dikeraskan dengan batu," katanya. (RTS)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Juni 2017, di halaman 27 dengan judul "Mudik via Jonggol Terganggu".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com