JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil gubernur terpilih DKI Jakarta Sandiaga Uno menceritakan awal mula pencalonannya di Pilkada DKI ketika menjadi pembicara di Seminar Nasional PP Muhammadiyah, Rabu (7/6/2017).
Sandiaga ternyata pernah mengumpulkan KTP untuk pencalonan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Awalnya saya bilang ke Pak Prabowo keberatan diajukan ke Pilkada DKI. Karena saat itu ada gubernur yang maha gubernur. Karena banyak juga yang dukung satu juta KTP. Saya juga kalau enggak salah juga pernah tuh nyetor KTP, oleh kantor saya waktu itu," kata Sandiaga di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Rabu.
Sandiaga akhirnya membulatkan tekad untuk maju sebagai gubernur. Ia menggunakan jasa konsultan politik untuk merumuskan visi misi yang sesuai dengan perspektifnya, yakni perekonomian.
"Saya turunkan konsultan bisnis, bukan politik. Ternyata melalui pendekatan bisnis, ekonomi ada tiga permasalahan yang bisa dimengerti banyak poltisi," ujarnya.
Baca: Sandiaga Singgung soal Winner Takes All Saat Pilpres 2014
Tiga masalah itu yakni lapangan kerja, pendidikan, dan biaya hidup. Sandiaga mengaku sudah mengunjungi 1.300 RW di Jakarta. Ia menyerap aspirasi dan preferensi politik warga. Ia juga sempat memikirkan isu suku, agama, ras, dan antargolongan dalam kontestasi lalu.
"Sebagaian warga Jakarta justru bangga dipimpin etnis non muslim dan tionghoa, jumlahnya 30 persen," kata Sandiaga.
Dari blusukannya itu, Sandiaga juga menyimpulkan bahwa warga Jakarta ingin pilkada diikuti oleh dua pasang calon. Ia pun meyakinkan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto bahwa Anies Baswedan lebih layak mengisi posisi calon gubernur.
Baca: Sandiaga: Saya Dukung Pak Djarot daripada Ribut
Setelah berhasil memenangkan Pilkada, Sandiaga dan Anies berfokus untuk rekonsiliasi kedua kubu pendukung. Ia menyayangkan masih adanya pendukung Ahok yang belum move on.
"Yang belum move on di bawah 15 persen, jadi yang rame di medsos aja, kalau di real udah enggak," ujarnya.