JAKARTA, KOMPAS.com - Ilip, seorang pria yang berprofesi sebagai sopir jasa angkutan umum becak motor (bemo) enggan meninggalkan pekerjaan yang telah menghidupinya selama puluhan tahun.
"Bukannya tidak punya keinginan berkembang, tapi kecintaan saya terhadap pekerjaan ini yang membuat saya berat meninggalkannya," ujar Ilip saat ditemui Kompas.com, Jumat (9/6/2017).
Ia mengaku telah bekerja sebagai sopir bemo sejak masa lajang hingga kini memiliki istri dan tiga orang anak.
"Bemo itu yang sudah bikin saya, istri dan tiga anak saya sekarang bisa makan. Bemo berjasa buat hidup saya," sebutnya.
Dari hasil bekerja sebagai sopir bemo yang tak seberapa, Ilip bersyukur dapat mencukupi kebutuhan keluarganya.
Baca: Kalau Enggak Ada Bemo, Kasihan Anak Sekolah...
"Ini kan mau lebaran, alhamdullilah saya bisa belikan baju baru buat anak-anak saya. Padahal kalau dikata penghasilan juga enggak banyak, Rp 50.000 sehari sudah alhamdullilah," kata dia.
Ilip menambahkan, tak mudah baginya untuk memulai profesi baru mengingat banyaknya keterbatasannya.
"Kalau mau kerja yang lain itu kan ya butuh keterampilan. Saya orang bodoh. Nanti kalau saya lagi belajar pekerjaan baru terus belum bisa dapet uang cukup, istri anak saya mau makan apa," ucapnya.
Baca: Sopir Bemo: Kasih Kami Kesempatan, Toh Kami Tidak Lewat Jalan Protokol
Ia berharap pemerintah memberikan waktu kepadanya dan sopir bemo lainnya untuk tetap diizinkan mengoperasikan bemo sampai nantinya mendapatkan pekerjaan baru.
"Istilahnya, tunggu bemo mati sendiri lah. Jangan dilarang-larang. Rute kami cuma pendek juga kok," tutupnya.
Seperti diketahui, Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Widjatmoko mengatakan, angkutan umum bemo dilarang beroperasi di Jakarta sejak 6 Juni 2017.
Larangan tersebut tercantum dalam Surat Edaran Dinas Perhubungan DKI Jakarta Nomor 84 Tahun 2017.