Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirut Transjakarta Sebut Pegawai Demo karena Keliru Pahami Kebijakan

Kompas.com - 13/06/2017, 17:21 WIB
Nursita Sari

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono mengatakan, pegawai PT Transjakarta keliru memahami beberapa kebijakan perusahaan. Budi mengetahui hal tersebut setelah berdialog dengan perwakilan karyawan kontrak yang berdemo pada Senin (12/6/2017).

"Dari beberapa pertanyaan, ada yang komunikasi yang kurang lancar. Jadi yang mereka tangkap itu berbeda dengan policy," ujar Budi, di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (13/6/2017).

Budi menjelaskan, salah satu kebijakan yang salah dipahami pegawai adalah soal pemutusan kontrak karyawan pada usia 35 tahun. Budi menjelaskan, karyawan lapangan (frontliner) memang diberi batasan usia hingga 35 tahun, namun bukan berarti jika usia sudah mencapai ketentuan akan langsung dipecat.

"Nanti kami lihat, ada persyaratan lagi atau kami pindahin ke bagian dalam, kan masih ada solusi, itu maksudnya. Sebetulnya enggak separah itu (langsung putus kontrak)," kata Bud.

(baca: PT Transjakarta Akan Pecat Karyawan yang Kembali Berencana Mogok Kerja)

Kebijakan lainnya yang keliru dipahami oleh karyawan yakni soal suami-istri yang tidak boleh sama-sama bekerja di PT Transjakarta. Kebijakan tersebut memang ada, namun tidak berlaku apabila pegawai sudah berstatus suami-istri sebelum kebijakan itu berlaku.

"Sebetulnya manajemen itu sudah keluarkan surat dari Januari 2016 bahwa untuk yang sudah tercatat sebagai karyawan, mereka boleh bekerja selama suami-istri," ucap Budi.

Dia menyebutkan, pihak manajemen sudah memberi penjelasan agar pegawai tidak salah memahami.

Terkait tuntutan pegawai kontrak yang meminta dijadikan karyawan tetap, Budi menyatakan sedang berkonsultasi dengan Pemprov DKI Jakarta untuk menentukan kebijakan terbaik.

"Ada satu yang mereka minta secara tertulis untuk memerhatikan status kerja, status kepegawaian dari status kontrak selama ini yang di operasional. Mereka berharap supaya bisa diubah menjadi tetap," kata Budi.

(baca: PT Transjakarta Kaji Kebijakan Pengangkatan Karyawan Tetap)

Pada Senin pagi hingga siang, ratusan pegawai PT Transjakarta melakukan aksi unjuk rasa di kantor pusat PT Transjakarta di Cawang, Jakarta Timur. Dampak dari demo tersebut adalah telantarnya penumpang di sejumlah koridor Transjakarta.

Kompas TV Sejumlah sopir bus Transjakarta melakukan aksi unjuk rasa di depan halte bus transjakarta Harmoni, Senin (12/6) pagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Megapolitan
Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com