Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengelola Parkir Stasiun: Kami Tidak Dapat Subsidi

Kompas.com - 16/06/2017, 14:54 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Reksa Multi Usaha, anak usaha PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang khusus mengelola parkir, menjelaskan bahwa pihaknya tidak mendapat subsidi dari pemerintah. Itulah alasan dari pemberlakuan tarif parkir di stasiun saat ini yang dinilai kemahalan oleh jumlah pihak.

Manajer Humas PT Reksa Multi Usaha Nyoman Suardhita, Jumat (16/6/2017), mengatakan, sampai saat ini pihaknya tidak mendapat subsidi dari pemerintah. Kondisi itu berbeda dengan  anak perusahaan PT KAI yang khusus mengelola layanan KRL commuter line, yakni PT KAI Commuter Jabodetabek.

"KCJ mendapatkan subsidi dari pemerintah dalam bentuk public service obligation sebasar 60 persen. Sedangkan kami tidak," kata Nyoman.

Hal itulah, kata Nyoman, yang membuat tarif parkir di stasiun relarif lebih mahal dari tarif  KRL itu sendiri.

Saat ini, tarif parkir sepeda motor di stasiun kereta Rp 2.000 untuk satu jam pertama, ditambah Rp 1.000 untuk satu jam berikutnya, kemudian setelah tiga jam, tarifnya menjadi Rp 8.000 untuk seharian. Sedangkan tarif parkir mobil adalah Rp 5.000 untuk satu jam pertama, ditambah Rp 3.000 untuk satu jam berikutnya, kemudian setelah tiga jam, tarifnya menjadi Rp 17.000 untuk seharian.

Menurut Nyoman, besaran tarif yang berlaku mengacu kepada peraturan daerah yang berlaku.

"Dan sebagai anak perusahaan KAI, kami bayar kewajiban sewa-menyewa, pajak, SDM dan investasi sistem," ujar Nyoman.

Presidium Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Muslich Zainal Asikin sebelumnya mengatakan, tarif parkir sepeda motor yang kini diberlakukan di stasiun belum cukup memicu orang untuk berpindah dari naik sepeda motor ke KRL commuterline. Sebab biaya parkir sepeda motor di stasiun ternyata tidak murah.

"Pas dia mau parkir, ternyata mahal. Jadi mending dipakai saja motornya sampai ke kota," kata Muslich dalam acara diskusi bertema "Kemacetan sehubungan dengan konstruksi infrastruktur transportasi" di Jakarta, Rabu lalu.

Menurut Muslih, lahan parkir di stasiun kereta seharusnya bukan berfungsi untuk profit, melainkan untuk memicu pengguna kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor, memarkirkan kendaraannya di lokasi itu dan kemudian beralih ke naik KRL commuterline. Namun ia menganggap hal itu tak akan terjadi selama tarif parkir sepeda motor masih mahal.

"Orang taruh motor di sana, ongkosnya murah. Dia naik kereta, tapi Rp 8000 kan terlalu mahal. Masa parkir dengan biaya naik kereta lebih mahal parkir," kata dia.

Tarif KRL commuterline yang berlaku saat ini adalah Rp 3.000 untuk 1-25 kilometer pertama. Kemudian, pada 10 kilometer berikutnya dan kelipatan, tarif yang dikenakan sebesar Rp 1.000.

Baca juga: Masak Tarif Parkir di Stasiun Lebih Mahal dari Ongkos Naik Kereta?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Megapolitan
5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

Megapolitan
7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

Megapolitan
Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Megapolitan
Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Megapolitan
Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Megapolitan
Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Megapolitan
Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Megapolitan
Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Megapolitan
Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko 'Outdoor' di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko "Outdoor" di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com