Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ganasnya" Gerbong Khusus Wanita di KRL Jadi Keprihatinan PT KCJ

Kompas.com - 21/06/2017, 08:10 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa peristiwa tentang "ganasnya" para penumpang di gerbong khusus wanita di kereta rel listrik (KRL) commuter line sempat mewarnai perbincangan di media sosial. Dari tentang rekaman video dua penumpang perempuan tarik-menarik rambut dan berkelahi karena berebut tempat duduk hingga pengakuan salah satu penumpang yang tidak rela memberikan tempat duduknya untuk ibu hamil.

Lihat: Hujat Ibu Hamil di KRL, Status Facebook Wanita Ini Jadi Viral

Kondisi itu menjadi keprihatinan Direktur Utama PT KRL Commuter Jabodetabek (KCJ) Muhammad Nurul Fadhila. Saat jumpa pers pada Selasa (20/6/2017) kemarin, Fadhila membahas secara khusus dan menyebut rangkaian kejadian tersebut sebagai sorotan yang serius.

Baca: Berebut Duduk di KRL, Dua Perempuan Jambak-jambakan

"Terkait isu betapa ganasnya penumpang di dalam kereta wanita dan lain-lain, terus kemarin kami juga memonitor ada rekan penumpang yang merasa keberatan memberikan kursi kepada ibu hamil dan lain-lain, secara resmi kami mengimbau, mohon kerja sama dan bantuannya kepada semua pengguna jasa untuk bisa berperilaku yang baik," kata Fadhila.

Fadhila mengatakan, setiap pengguna jasa transportasi publik dituntut untuk lebih peka terhadap sesama. PT KCJ sudah menyertakan keterangan tentang kursi-kursi prioritas yang ditempatkan di setiap gerbong, termasuk gerbong kereta wanita.

"Toleransinya harus tinggi, tidak bisa egonya yang terlalu dimunculkan," tutur Fadhila.

Fadhila meminta kerja sama semua pengguna jasa KRL commuter line untuk menjaga ketertiban. Termasuk pada libur Lebaran, saat biasanya ada banyak penumpang pergi berombongan dengan menggunakan KRL.

Beberapa kali pihaknya memantau, ibu-ibu mengajak anggota keluarganya yang bukan perempuan bersama-sama berada di gerbong kereta khusus wanita. Ketika ditanya, mereka mengaku tidak ingin pisah dan takut ada yang hilang di tengah keramaian.

"Kami mengimbau kepada masyarakat yang menggunakan KRL untuk selalu mematuhi aturan yang ada. Gerbong wanita akan tetap dioperasionalkan untuk wanita, tidak diizinkan bercampur," kata Fadhila.

Baca juga: Egoisnya Penumpang Perempuan di Gerbong Wanita Commuter Line

Fadhila juga menjelaskan alasan pihaknya menempatkan gerbong kereta khusus wanita di tiap ujung rangkaian kereta, baik ujung depan maupun ujung belakang. Menurut dia, alasannya sederhana, salah satunya karena akan menjadi sekat jika ditempatkan di tengah rangkaian.

Ketika ada satu gerbong kereta khusus wanita di tengah rangkaian, penumpang laki-laki di gerbong sebelum dan sesudahnya tidak bisa lewat untuk berpindah gerbong.

Selain itu, keberadaan gerbong kereta khusus wanita di tiap ujung rangkaian dinilai lebih strategis dan mengutamakan penumpang perempuan.

"Biasanya kereta di ujung depan dan belakang itu mendekati pintu keluar stasiun, itu jadi pertimbangan. Ini kami lakukan untuk meningkatkan layanan bagi penumpang perempuan khususnya," kata dia.

Lihat juga: Penumpang KRL di Gerbong Wanita Egois

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com