JAKARTA, KOMPAS.com - Salah seorang pengemudi Grab Car bernama Aris mengeluhkan mengenai seringnya ia menemukan penumpang yang memalsukan titik antar maupun jemput. Ia menduga hal ini dilakukan untuk menekan ongkos pembayaran.
"Kadang-kadang ada yang pesan di titik gapura, tahu-tahunya rumahnya di blok belakang, jaraknya berapa kilo. Tapi harga mempengaruhi," kata Aris di Kantor Grab, Gedung Lippo Kuningan, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (6/7/2017).
Aris menyampaikan keluhannya di sela-sela jumpa pers yang digelar manajemen Grab Indonesia menyingkapi adanya unjuk rasa dari para pengemudi di depan Kantor Grab pada Selasa (4/7/2017).
Aksi unjuk rasa dilatarbelakangi pengemudi yang di-suspend. Manajemen Grab menyebut para pengemudi tersebut adalah mereka yang ketahuan menggunakan "Fake GPS".
Baca: Manajemen Minta Pengemudi Bukan Grab Tak Ikut Mediasi pada 10 Juli
Dalam penggunaan fake GPS, seorang pengemudi dapat menerima pemesanan dari calon penumpang yang tidak berada di lokasi yang sama dengan dirinya.
Cara ini berpotensi membuat penumpang bisa menunggu lebih lama. Aris menilai penggunaan fake GPS merupakan sesuatu yang tidak patut dan merugikan penumpang.
Ia menyatakan sudah seharusnya pengemudi bekerja dengan jujur. Namun demikian, ia menilai penumpang juga harus melakukan hal yang sama.
"Jadi jangan hanya kita yang dituntut jujur, tapi customer juga. Edukasi kepada customer pengguna aplikasi. Karena customer ada juga yang fake," ujar Aris.
Baca: Pengemudi Grab Ungkap Rekannya yang Gunakan Fake GPS atau Tuyul
Catatan Redaksi:
Artikel ini telah mengalami perubahan pada hari Jumat (7/7/2017). Terjadi kesalahan penyebutan nama narasumber yang seharusnya Aris menjadi Iwanto. Kesalahan tersebut telah kami perbaiki. Redaksi mohon maaf atas kekeliruan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.