JAKARTA, KOMPAS.com - Pihak Manajemen Grab Indonesia menyatakan bahwa mereka sudah berupaya mencegah penggunaan "fake GPS" di kalangan pengemudi.
Caranya dengan terus memperbarui aplikasi. Namun demikian, mereka mengakui pembaruan aplikasi tidak otomatis dapat menghentikan penggunaan fake GPS.
Managing Director Grab Indonesia Rizdki Kramadibrata mengibaratkan pembaruan aplikasi untuk mencegah fake GPS sebagai antivirus dan virus yang ada di komputer.
"Sama seperti logika virus dan antivirus komputer, kami berusaha untuk tetap bisa memperbarui sistem Grab, termasuk untuk mengantisipasi tindakan seperti fake GPS dan lain-lain," kata Rizdki saat dihubungi, Jumat (7/7/2017).
(Baca juga: Pengemudi Grab Keluhkan Penumpang yang Palsukan Titik Antar Jemput)
Karena tidak otomatis dapat menghentikan penggunaan fake GPS, kata Rizdki, pembaruan aplikasi harus dilakukan secara terus menerus.
"Aplikasi selalu berusaha kita update sepanjang waktu untuk meningkatkan kualitas layanan baik kepada pelanggan dan mitra pengemudi," ujar dia.
Pada Selasa (4/7/2017) lalu terjadi unjuk rasa di depan Kantor Grab di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan.
Unjuk rasa dilatarbelakangi adanya pengemudi yang di-suspend oleh manajemen karena kedapatan menggunakan fake GPS.
Dalam penggunaan fake GPS, seorang pengemudi dapat menerima pesanan dari calon penumpang yang lokasinya jauh dari dia.
(Baca juga: Pengemudi Grab Ungkap Rekannya yang Gunakan "Fake GPS" atau "Tuyul")
Menurut Rizdki, larangan penggunaan fake GPS merupakan kode etik yang tidak boleh dilanggar.
Ia menyebut peraturan mengenai hal tersebut sudah rutin disampaikan kepada para pengemudi, bahkan sejak awal menjalin kemitraan.