JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menginginkan nama simpang susun Semanggi tetap digunakan di jalan layang melingkar yang berada di Kawasan Semanggi, Jakarta Selatan.
Menurut Djarot, nama simpang susun itu sudah direncanakan oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat masih menjabat Gubernur DKI Jakarta.
"Kalau saya pribadi ya, itu sebaiknya namanya tetap simpang susun Semanggi karena sejak awal Pak Ahok juga merancang nama simpang susun Semanggi," ujar Djarot, di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jumat (14/7/2017).
(baca: Simpang Susun Semanggi Diuji Coba dengan Truk Bermuatan Berat)
Selain itu, Djarot juga ingin nama simpang susun Semanggi tetap digunakan agar tidak menimbulkan banyak persepsi.
Di Kompleks Istana Kepresidenan, Djarot pernah menyebut banyak yang meminta untuk menggunakan nama simpang baja Semanggi karena pondasinya memang terbuat dari baja. Kata "baja" mirip dengan akronim nama Basuki-Djarot yang biasa disingkat "badja".
"Kami tuh repot ya, padahal benar, terus dipersepsikan macam-macam, ini akronim ini, akronim ini," kata Djarot.
Meskipun begitu, Djarot menyebut penamaan simpang susun Semanggi akan diputuskan bersama dalam rapat pimpinan. Penamaan bangunan infrastruktur itu akan ditetapkan melalui Peraturan Gubernur.
"Ini nanti perlu kami sampaikan usulan-usulan dari teman-teman di rapim untuk kami putuskan dalam keputusan gubernur," ucap Djarot.
(baca: Simpang Susun Semanggi Akan Dipercantik Lampu LED Warna-warni)
Simpang susun Semanggi rencananya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 17 Agustus 2017 atau bertepatan dengan hari ulang tahun ke-72 Indonesia.
PT Wijaya Karya dan Pemprov DKI Jakarta tinggal menunggu sertifikat laik fungsi (SLF) diterbitkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Berdasarkan kajian, simpang susun Semanggi akan mengurangi kemacetan di ruas dalam kota hingga 20 persen.