Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saran Sandiaga untuk Cegah "Bullying" di Sekolah

Kompas.com - 18/07/2017, 18:16 WIB
Sherly Puspita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil gubernur DKI Jakarta terpilih, Sandiaga Uno mengatakan, selain memberikan hukuman, perlu diperhatikan pula aspek sosial terhadap para pelaku bullying. Hal ini agar bullying tak berulang kali dilakukan.

"Waktu Pak Anies jadi menteri, bukan hanya aspek hukumnya yang dilihat tapi aspek dari segi sosial. Mereka bisa disentuh dan diberikan kegiatan yang positif ke depan," ujarnya di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (18/7/2017).

Ia pun menyarankan pengkajian ulang terkait hukuman bagi para pelaku bullying oleh sejumlah siswa di SMPN 273 berupa penarikan KJP (Kartu Jakarta Pintar) hingga dikeluarkan dari sekolah.

"Itu perlu dilihat dan dikaji, karena yang efektif yang harus seperti apa. Orangtuanya juga harus diajak bicara juga, lingkungannya juga harus ditata," sebutnya.

Menurut Sandi, salah satu sekolah yang dapat dijadikan percontohan untuk pemberantasan tindak bullying di sekolah adalah Labschool, Jakarta Timur.

Baca: Setelah Alami Bullying di Kampus, MF Tetap Semangat Kuliah

"Prof. Arief Rachman yang kemarin banyak memberikan masukan, sekolah Labschool sebagai pelopor yang sampai hari ini tidak ada bullying," kata dia.

Ia mengatakan, kunci utama tak adanya kasus bullying di Labschool adalah adanya konsep leadership yang baik.

"Waktu saya ikut MOS (masa orientasi siswa) di Labschool itu ngajarin mereka cinta sama Pancasila. Dengan kegiatan seperti itu mungkin siswa yang penuh energi ini mengkanalisasi kegiatannya menjadi kegiatan positif," tutupnya.

Seperti diketahui, aksi bullying di Thamrin City yang terjadi pada Jumat (14/7/2017) sekitar pukul 13.30 WIB di lantai 3A Thamrin City beredar di media sosial.

Baca: Mendikbud Minta Kasus Bullying di Thamrin City Tidak Dibesarkan

Video yang viral itu menunjukkan sejumlah siswa SMP sedang mengelilingi satu siswi yang menggunakan seragam putih. Siswi berseragam putih itu mendapat kekerasan dari sejumlah siswa-siswi lainnya.

Tidak ada perlawanan yang dilakukan siswi berseragam putih itu. Pada akhir video, siswi tersebut diminta mencium tangan dan kaki pelaku bullying.

Kompas TV Perundungan Dialami Mahasiswa Berkebutuhan Khusus (Bag 2)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com