JAKARTA, KOMPAS.com - Muhammad Rizki (13), hanya menunduk ketika Wakil Wali Kota Jakarta Selatan Arifin mengajaknya bicara, Rabu (26/7/2017). Rizki hanya menggelengkan kepalanya saat Arifin bertanya mengapa dia tidak sekolah.
"Lho kamu usianya 13 tahun tapi enggak sekolah? Kenapa kok enggak sekolah?" tanya Arifin di rumah Rizki, Cipete Utara, Kebayoran Baru.
Arifin bertemu Rizki saat dilakukannya Operasi Bina Kependudukan oleh Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Ibunda Arifin, Satiah, mengatakan bahwa anaknya itu pernah sekolah, namun hanya sampai kelas III SD. Alasannya, guru di SDN 13 Cipete Utara ogah mengajari Rizki karena dinilai lambat memahami pelajaran.
"Kata gurunya anak saya enggak sanggup, enggak bisa belajar, gitu... ya udah keluar terus anaknya enggak mau sekolah lagi," ujar Satiah pasrah.
(baca: Menunggak Sebulan, Listrik 3 Sekolah di Jakbar Dipadamkan)
Mendengar penjelasan itu, Arifin langsung memerintahkan lurahnya mengurus agar Rizki mau kembali sekolah. Jika memang diperlukan, Rizki akan dimasukkan ke sekolah luar biasa.
Arifin mengatakan, saat ini seluruh anak Jakarta harus sekolah, apalagi ada bantuan Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Ia kemudian menjabat tangan Rizki sambil meminta bocah itu berjanji segera sekolah lagi.
"Kamu harus sekolah, harus belajar baca, hitung-hitungan... Siapa tahu nanti jadi Gubernur," kata Arifin.
Data dari Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menunjukkan Cipete Utara sebagai kelurahan dengan jumlah pendatang setelah Lebaran terbanyak, mencapai 258 orang.
Para pendatang baru itu mengontrak sebidang tanah di dekat Jalan Pangeran Antasari, dengan kondisi hidup memprihatinkan. Dari permukiman ini, terlihat mal Kemang Village dan tower-tower apartemen supermewah yang ada di sekitarnya.
Letak permukiman tersebut hanya berjarak kurang lebih dua kilometer dari Kantor Wali Kota Jakarta Selatan. Namun sebagian besar pendatang berimpitan di bedeng berdinding triplek dan atap seng yang bocor saat hujan.
"Saya tanya RW kebanyakan kerjanya apa, rupanya banyak yang terlibat pembangunan fisik," ujar Arifin.
Selain banyak pemulung dan pedagang kecil, sebagian besar terutama pendatang adalah pekerja proyek. Jakarta Selatan saat ini menjadi wilayah dengan salah satu pembangunan terbanyak di Jakarta.
Di antaranya proyek mass rapid transit (MRT), dua underpass, dua jalan layang, jalan layang non tol Koridor 13, dan simpang susun Semanggi, serta pembangunan gedung perkantoran dan apartemen.
Arifin mengatakan operasi bina kependudukan ini adalah satu langkah untuk membantu mencegah bertambahnya masalah ketimpangan kesejahteraan serupa.