JAKARTA, KOMPAS.com - Pemanfaatan mesin Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) di Pulau Untung Jawa dinilai belum optimal.
Sebab, dengan mesin sebesar itu, air laut yang diolah menjadi layak konsumsi hanya 50 meter kubik per hari. Volume air sebanyak itu hanya bisa dialiri ke 50 rumah.
Direktur Utama PT PAM Jaya Erlan Hidayat menjelaskan kendala yang mereka hadapi untuk mengoptimalkan SWRO itu.
"Jadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang membangun SWRO itu. Pas zaman Pak Soemarsono (jadi Plt Gubernur), diserahkan pengelolaannya ke Pemprov dan dikelola PAM Jaya," kata Erlan di Pulau Untung Jawa, Sabtu (13/8/2017).
(Baca juga: Begini Sulitnya Sediakan Air Bersih di Pulau Untung Jawa)
Erlan mengakui, produksi air baku dari SWRO itu dihasilkan hanya dengan mengoperasikan mesin SWRO selama 8 jam per hari.
Pengoperasian belum optimal karena PAM Jaya hanya memiliki kewenangan untuk mengelola. Kepemilikan aset belum diserahterimakan dan masih dimiliki kementerian.
"Kalau ada kerusakan yang sifatnya operasional, PAM Jaya bisa tanggung. Tapi yang sifatnya utama struktur seperti membran. Itu bukan tanggung jawab PAM Jaya," kata Erlan.
PAM Jaya bisa saja mengoperasikan SWRO secara optimal, tetapi risikonya membran SWRO bisa rusak. Kerusakan itu harus diperbaiki oleh Kementerian PUPR sebagai pemilik aset.
Erlan khawatir proses perbaikannya memakan waktu lama dan SWRO menjadi tidak bisa difungsikan.