Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Kasus "Nasi Plastik"

Kompas.com - 27/08/2017, 21:07 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai, kasus pelaporan pengunggah video "nasi plastik" oleh pemilik sebuah rumah makan masakan padang harus menjadi introspeksi bagi konsumen dan produsen.

Dalam kasus itu, Ketua YLKI Tulus Abadi menyatakan pihak produsen harusnya tidak terlalu reaktif jika merasa apa yang dituduhkan konsumen tidak benar. Sebaliknya, konsumen juga diminta tidak sembarangan mengunggah tudingan di media sosial tanpa proses klarifikasi.

"YLKI minta agar para produsen jangan terlalu mudah menggunakan "pasal karet" pencemaran nama baik. Sebab, hal itu akan kontra produktif dan merupakan bentuk pembungkaman konsumen untuk bersikap kritis dalam membela hak-haknya," kata Tulus kepada Kompas.com, Minggu (27/8/2017)..

Tulus menambahkan bahwa hal itu juga merupakan pelajaran bagi masyarakat dan konsumen. Jika ada hal yang dianggap merugikan atau berpotensi merugikan konsumen, langkah pertama sebaiknya adalah melaporkan pada pelaku usaha untuk minta klarifikasi.

Video tentang bola nasi memantul diunggah di Youtube dengan judul "Heboh! Karyawan Temukan Nasi Plastik Pada Makanan Kotak RM M*** J***".

Pada video itu tampak beberapa karyawan sebuah kantor menuding sebuah rumah makan telah menggunakan beras plastik pada menu yang dihidangkannya.

Pemilik rumah makan itu kemudian melaporkan penggunggah video tersebut ke polisi atas kasus pencemaran nama baik.

Tulus menilai, pihak rumah makan seharusnya tidak perlu terlalu reaktif. Jika memang yang diunggah konsumen tidak benar, Tulus menganggap pihak rumah makan melakukan hak jawab, seperti menggelar jumpa pers untuk menjelaskan kepada publik tentang kasus yang sebenarnya.

"Dalam penjelasan itu bisa didampingi institusi yang berkompeten, misalnya Dinkes dan atau Badan POM. Jadi jangan langsung menggunakan jurus pidana dengan tuduhan pencemaran nama baik," kata Tulus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com