Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Djarot: 75 Persen Penghuni Panti Bina Laras Berasal dari Luar Jakarta

Kompas.com - 30/08/2017, 13:47 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, sebanyak 75 persen penghuni Panti Sosial Bina Laras berasal dari luar Jakarta.

Penghuni tiga panti sosial yang khusus menampung orang dengan masalah kesehatan (ODMK) dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) itu kini mencapai 2.962 warga binaan sosial, melebihi kapasitas yang seharusnya, yakni 1.700.

"Sebagian besar yang masuk di Jakarta yang kami rawat itu dari luar kota. Dari hampir 3.000, itu 75 persen lebih dari luar kota, sedangkan sisanya dari Jakarta," ujar Djarot di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 3, Jakarta Barat, Selasa (30/8/2017).

Djarot memerintahkan Dinas Sosial DKI Jakarta untuk merawat ODMK dan ODGJ yang telantar di panti-panti sosial yang dikelola DKI. Dia meminta petugas tidak membeda-bedakan identitas orang yang bersangkutan.

"Tidak kemudian menanyakan asalnya dari mana, KTP punya atau tidak, yang penting dirawat dulu di sini," kata dia.

Baca: Panti Sosial di Jakarta Kelebihan Kapasitas

Namun, karena adanya keterbatasan kapasitas, Djarot meminta pemerintah pusat untuk membangun rumah sakit jiwa yang terintegrasi Panti Sosial Bina Laras.

Dia ingin Pemprov DKI duduk bersama Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial untuk membicarakan penanganan ODMK dan ODGS tersebut. Selain itu, Djarot juga ingin pemerintah di daerah penyangga Ibu Kota untuk turut bekerjasama.

"Saya minta tolong, kami semua antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dengan daerah penyangga, kita kerjasama-lah, dengan rumah sakit jiwa kita kerjasama," ucap Djarot.

Baca: Panti Sosial Kelebihan Kapasitas, Djarot Minta Pemerintah Pusat Bangun RSJ

Kompas TV Seorang pria ditangkap oleh polisi dari Polres Kota Besar Semarang, Jawa Tengah, karena diduga memaksa seorang nenek untuk mengemis. Penangkapan pelaku terjadi, setelah kabar cucu tega paksa nenek mengemis viral di media sosial. Pelaku Suwarno dan korban, nenek Supini yang dipaksa mengemis, ditangkap di sekitar perempatan lampu merah Rumah Sakit Karyadi Semarang. Dari tangan pelaku, polisi menyita sejumlah uang hasil mengemis nenek Supini. Kepada polisi, pelaku mengaku ia merupakan cucu korban dan sudah selama tiga bulan menyuruh sang nenek mengemis dan meminta jatah Rp 40.000 sekali mengemis. Kini, polisi masih menyelidiki kasus ini, apakah ada jaringan kejahatan yang terlibat. Sedangkan nenek Supini kini ditampung di panti sosial milik pemerintah Kota Semarang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com