Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Massa Aksi Bela Rohingya Bakar Bendera di Sekitar Kedubes Myanmar

Kompas.com - 06/09/2017, 18:20 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Massa aksi bela Rohingya di sekitar Kedutaan Besar Myanmar, Jalan H Agus Salim, Jakarta Pusat, membakar bendera Myanmar, Rabu (6/9/2017) sore. Pembakaran bendera dilakukan karena pengunjuk rasa mengecam kekerasan yang terjadi di Myanmar.

Pantauan Kompas.com, beberapa peserta aksi memegang bendera Myanmar dan ada seorang peserta yang menyalakan korek api gas.

"Bendera Myanmar telah hangus terbakar," ujar seorang orator, dari atas mobil komando.

Tidak lama setelah pembakaran bendera Myanmar, kericuhan sempat terjadi selama beberapa menit. Massa melempar botol air mineral hingga batu ke arah Kedutaan Besar Myanmar dan ke arah polisi yang menjaga jalannya aksi.

Massa menggelar aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar (Kedubes) Myanmar di Jalan Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (6/9/2017). Massa mengecam tindakan kekerasan terhadap umat Islam Rohingya dan meminta Pemerintahan Republik Indonesia memutus hubungan diplomasi serta menurunkan bendera Myanmar di Kantor Kedutaaan Besar Myanmar.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Massa menggelar aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar (Kedubes) Myanmar di Jalan Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (6/9/2017). Massa mengecam tindakan kekerasan terhadap umat Islam Rohingya dan meminta Pemerintahan Republik Indonesia memutus hubungan diplomasi serta menurunkan bendera Myanmar di Kantor Kedutaaan Besar Myanmar.

(baca: Mahfud MD: Jangan Ada Kekerasan Saat Aksi Bela Rohingya)

Massa juga mencoba menerobos kawat berduri yang dipasang untuk membatasi peserta aksi.

Polisi nampak bersiaga dan mengenakan perlengkapan anti huru-hara beserta tameng dan kendaraan water cannon.

Orator dari atas mobil komando menyebut ada pihak yang memprovokasi dan meminta massa mengamankan provokator tersebut. Massa kemudian bershalawat dan berdoa bersama agar situasi kembali kondusif.

Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Suyudi Ario Seto mengakui sempat adanya kericuhan itu.

"Mungkin memprovokasi, tapi kami tidak terprovokasi. Artinya, kami berupaya menjaga situasi kondusif," kata Suyudi.

Kompas TV Nasib buruk yang dialami warga Rohingya akibat perlakuan kejam tentara Myanmar terus menjadi perhatian dunia. Kali ini perhatian datang dari pemimpin tertinggi gereja Katolik, Paus Fransiskus. Kritik keras disuarakan Paus Fransiskus terhadap pemerintah Myanmar, pada Rabu (8/2) waktu Vatikan dalam sebuah pertemuan dengan umatnya. Kritik dilontarkan setelah PBB menyatakan terjadi pembunuhan massal, pemerkosaan, dan pembakaran rumah warga di kawasan utara Myanmar, tempat warga Rohingya bermukim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com