Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPAI Ingin Rumah Sakit Berikan Layanan Kesehatan yang Ramah Anak

Kompas.com - 11/09/2017, 16:35 WIB
Anggita Muslimah Maulidya Prahara Senja

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto meminta agar ada kebijakan yang mengatur layanan kesehatan di DKI Jakarta dapat ideal untuk anak-anak.

"Kebijakan yang ideal, pertama rumah sakit baik swasta maupun negeri memastikan anak itu bisa terlayani dengan baik. Bukan hanya layanan medis, tetapi di luar layanan medis juga harus diberikan," ujar Susanto saat ditemui di Kantor KPAI Jakarta Pusat, Senin (11/9/2017).

Ia memberikan contoh untuk pelayanan di luar layanan medis, misalnya saja ada anak terduga mendapatkan kekerasan.

Menurut Susanto, seharusnya rumah sakit memberikan informasi kepada penegak hukum agar layanan itu bisa berlangsung dengan baik. Kemudian, KPAI menyorot masalah pembiayaan dalam layanan kesehatan.

Susanto mengatakan, jika ada anak yang terkendala ekonomi, maka anak tersebut seharusnya menjadi jaminan dan tanggung jawab pemerintah daerah.

"Ini harus menjadi catatan penting revitalisasi di bidang kesehatan," kata Susanto.

Baca: Dinkes DKI Akan Bentuk Tim Khusus dan Temui Orangtua Debora

Lalu, kata dia, anak merupakan kelompok yang rentan, sehingga perspektifnya harus berbeda antara pelayanan untuk orang dewasa dengan anak-anak.

Maka dari itu, KPAI meminta pemerintah membuat regulasi perbaikan sistem layanan kesehatan ramah anak, pembinaan secara berkala, kontrol layanan yang berkelanjutan, dan kepastian semua rumah sakit melaksanakan undang-undang.

KPAI mencontohkan, jika ada anak ditemukan terlantar, pihak rumah sakit bisa memberikan pertolongan kepada anak tersebut agar mendapatkan layanan kesehatan yang tepat.

"Bahwa kemudian harus dibantu oleh dinas sosial atau dinas kesehatan, itu bagian dari teknis. Tapi pemastian dari yang bersangkutan harus mendapatkan layanan kesehatan, itu memang harus dan sifatnya mandatori,"  lanjut Susanto.

Sebelumnya, bayi Tiara Debora meninggal dunia di RS Mitra Keluarga Kalideres, Jakarta Barat, pada Minggu (3/9/2017) lalu setelah disebut tidak menerima penanganan medis karena uang muka perawatan yang diberikan orangtuanya tidak mencukupi.

Baca: Tahu Debora Punya BPJS, Mengapa RS Tak Langsung Masukkan ke PICU?

Awalnya, staf medis memberikan pertolongan pertama saat bayi berusia empat bulan itu dibawa ke rumah sakit tersebut pada Minggu dini hari. Dokter kemudian memberi tahu bahwa Debora harus dimasukkan ke ruang pediatric intensive care unit (PICU).

Namun, keluarga harus membayar uang muka berjumlah belasan juta rupiah terlebih dahulu. Akhisnya, Debora tak bisa dirawat di ruang PICU karena uang muka tidak mencukupi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Megapolitan
Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com