BEKASI, KOMPAS.com – Aroma menyengat tercium saat melintas di jembatan Bendungan Bekasi, Kota Bekasi, ketika hujan turun dari pagi hingga sore beberapa hari lalu. Aroma itu bukan seperti bau amis atau bau busuk sampah, tetapi seperti aroma zat kimia yang begitu pekat.
Banyak orang penasaran dengan asal muasal aroma tersebut. Beberapa orang berhenti dan melongok ke bawah jembatan di Bendungan Bekasi, yang merupakan aliran Kali Bekasi.
Ternyata, kali tersebut sudah berubah menjadi tumpukan busa. Busa-busa mengambang, bergerak searah dengan aliran sungai.
Tak hanya bau menyengat dan tumpukan busa, air kali telah berubah warna menjadi hitam pekat.
Aditya (24), yang yang membuka bengkel motor di pinggir kali, mengatakan Kali Bekasi seringkali berwarna hitam, berbusa, dan menebarkan bau tak sedap.
"Kalau sekarang warnanya hitam terus, kalau dulu kan cokelat atau hijau. Nah pas malem abis isya biasanya selalu ada busanya," kata Aditya, Rabu (29/9/2017) pekan lalu.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi pun segera memeriksa kualitas air dengan mengambil sampel air kali yang diduga telah tercemar itu. Hasil uji laboratorium menunjukkan, kualitas air di Kali Bekasi di atas ambang baku mutu atau bisa dikatakan air telah tercemar.
"Hasilnya beberapa memang sudah tercemar di atas ambang baku mutu, seperti pH (derajat keasaman) dan dO (kadar oksigen terlarut) tidak sesuai. Indikasinya macem-macem kan itu perumahan-perumahan yang mengalir ke Kali Bekasi," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Jumhana.
Berdampak pada Warga
Tercemarnya Kali Bekasi berdampak pada warga Kota Bekasi, terutama pada sekitar 30 ribu pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Patriot. Pejabat Sementara (Pjs) Direktur Utama PDAM Tirta Patriot, Cecep Ahmadi, membenarkan hal tersebut.
Ia mengungkapkan, warga mengeluhkan soal air yang mengandung jentik dan cacing.
Beberapa warga yang terkena dampak adalah mereka yang tinggal di Perumahan Titian Kencana, Kelurahan Margamulya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi.
“Bukan kotor lagi, sudah lama dari sebelum lebaran air (PDAM) sudah kotor. Airnya hitam, terus ada endapan dan bau. Buat dipakai mandi saja saya takut. Pernah coba untuk (kumur-kumur) saat sikat gigi kayak bau bangkai,” ujar Sri Mulyani (42), warga Perumahan Titian Kencana.
Sri mengaku sangat terganggu dengan kualitas air yang ada.
“Saya terganggulah. Normalnya kan airnya harusnya bersih. Lah sekarang sudah bayar mahal, saya paling sedikit bayar Rp 300.000, biasanya sih sampai Rp 500.000 per bulannya. Jengkel saya, itu kan udah bayar mahal, tapi dapat airnya kayak gini. Kalau bayar murah sih wajar, udah bayar mahal kan kesel,” kata Sri.