Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 WN Pakistan di Soetta yang Palsukan Paspor Inggris Mengaku Tak Terkait Penyelundupan Manusia

Kompas.com - 16/10/2017, 21:18 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Petugas Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta menahan dua warga negara Pakistan, RR (30) dan AA (30), yang ketahuan menggunakan paspor Inggris palsu saat mendarat di Terminal 2 kedatangan Bandara Soekarno-Hatta, Senin (16/10/2017).

Keduanya yang terbang dari Bandara Internasional Kuala Lumpur mengaku memesan paspor Inggris palsu dari sebuah agen di Malaysia, lalu transit ke Indonesia, baru kemudian menuju ke negara tujuan masing-masing.

"Mereka ada yang akan menuju ke Selandia Baru dan Inggris. Dari keterangan sementara, paspor palsu itu dibuat di Malaysia, kami sedang pelajari sekarang karena mereka bayar untuk dapatkan paspor palsu itu," kata Kepala Kantor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta, Enang Syamsi, kepada Kompas.com pada Senin sore.

Dia menjelaskan, awalnya petugas mencurigai bentuk fisik paspor Inggris yang diperlihatkan RR dan AA saat pemeriksaan imigrasi.

Baca: Petugas Imigrasi Ungkap Penyelundupan WNA yang Gunakan Paspor Asli Milik Orang Lain

Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata di dalam tas mereka terdapat dua paspor Pakistan hingga kemudian paspor Inggris diakui keduanya palsu.

Dari pantauan di lokasi, nampak kedua warga Pakistan itu berpakaian rapi dan membawa sejumlah tas berukuran sedang. Ketika ditanyai oleh petugas, mereka mengaku memesan jasa pembuatan satu paspor palsu seharga 23.000 dolar AS.

"Dari informasi sementara, mereka ini bukan bagian dari sindikat penyelundupan manusia ya. Jadi, keinginan mereka sendiri membayar paspor palsu lalu pergi ke negara tujuan untuk cari hidup yang lebih baik," tutur Enang.

Pihaknya membawa RR dan AA setelah diinterogasi di ruang kontrol yang ada di terminal. Setelah itu, petugas mengantar keduanya ke Kantor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta untuk diperiksa lebih lanjut.

"Kami akan periksa 1 kali 24 jam. Ada dua pilihan, apakah mereka akan dideportasi ke negara asal atau ke negara tujuan akhir perjalanan mereka sebelum Indonesia," ujar Enang.

Baca: Kasus Perdagangan Manusia, Kejagung Ekstradisi Warga Afghanistan ke Australia

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com