Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehadiran Transportasi Online Belum Dipastikan Bisa Mengurai Kemacetan

Kompas.com - 17/10/2017, 21:06 WIB
Anggita Muslimah Maulidya Prahara Senja

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Pengamat Transportasi, Achmad Izzul Waro mengatakan tidak bisa memastikan apakah transportasi online dapat mengurai kemacetan atau tidak di Jakarta. Menurutnya ada dilema tersendiri dengan adanya transportasi online ini.

“Ada dilema. Pertama, kehadiran transportasi online mengurangi minat masyarakat untuk membeli dan memiliki kendaraan pribadi. Karena kebutuhannya untuk mobilitas menggunakan kendaraan pribadi, bisa dilayani dengan transportasi online,” ujar Achmad usai acara diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (17/10/2017).

Namun di sisi lain, ia melanjutkan, ada kekhawatiran pula kepemilikan kendaraan pribadi meningkat.

Menurut Achmad, hal tersebut disebabkan banyak masyarakat yang tergoda memiliki kendaraan sendiri. Nantinya, kendaraan tersebut dapat digunakan pribadi atau dijadikan usaha sampingan online.

Achmad mengatakan, saat ini memerlukan riset untuk melihat eksistensi transportasi online apakah efektif mengurangi kemacetan atau sebaliknya.

Baca: Kapolda Jabar: Transportasi Online Kebijakan Pemerintah Pusat

Dalam hal ini, kata dia, semestinya pemerintah yang harus mempertanggungjawabkan untuk mengatur lalu lintas.

Seperti halnya, kata Achmad persolan peraturan untuk transportasi online. Menurut dia, jika aturan tidak segera ditetapkan, maka akan terus menimbulkan potensi konflik di lapangan.

“Ini PR bagi pemerintah menghasilkan regulasi yang sistemik, yang berkeadilan bagi semuanya. Kehadiran online tidak ditolak tetapi harus diapresiasi, inovasi menggunakan teknologi tapi kepentingan masyarakat harus diperhatikan,” kata Achmad.

Dengan demikian, Achmad berharap ada peraturan yang dapat menyamakan aturan transportasi online dengan transportasi konvensional. Lalu juga pemerintah sebaiknya melihat apakah aturan yang dibuat itu, efektif atau tidak jika diterapkan di lapangan.

Baca: Transportasi Online Suatu Keniscayaan, Menhub Serukan Rekonsiliasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com