JAKARTA, KOMPAS.com - Monica, gadis berusia 15 tahun, putri seorang pedagang kopi keliling bernama Purwanti, baru saja kembali dari Ottawa, Kanada.
Monica bersama Kristianus Tigor Kogoya (16) dari Jayawijaya, Papua, dan Lusia Futboe (16), dari Kupang, Nusa Tenggara Timur, mewakili Indonesia menghadiri undangan The WHO 8th Milestones of Global Campaign for Violence Prevention Meeting pada 19-20 Oktober 2017.
"Di Kanada saya ketemu dengan perwakilan dari negara lain dan berbagi cerita soal perlawanan kekerasan terhadap anak. Banyak cerita yang saya dapat di sana," ujar Monica, ketika ditemui di gedung Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (23/10/2017).
Monica merupakan delegasi anak Indonesia yang menyuarakan perlawanan terhadap kekerasan anak melalui tulisan.
Baca juga : Cerita Perjalanan Anak Penjual Kopi Keliling Diundang WHO ke Kanada
Dengan sebuah artikel bertema perlawanan terhadap kekerasan seksual terhadap anak, di usia yang masih muda, Monica mendapat kesempatan berkunjung ke Kanada.
"Saya menceritakan kekerasan seksual terhadap anak yang sering saya lihat di lingkungan saya. Pulang dari Kanada saya ingin membagikan kisah dan pelajaran yang telah saya terima dari Kanada," kata dia.
Meski demikian, Monica tidak menunjukkan tulisan yang membuatnya lolos dalam seleksi tersebut.
Child Protection Specialist dari Child Fund Indonesia, Reny Rebeka Haning mengatakan, Monica dipilih sebagai salah satu delegasi Indonesia bukan hanya karena tulisannya.
"Seleksi ini telah kami lakukan sejak 2016. Monica tinggal di Yayasan Sahabat Manusia Pembutuh Cinta (HAMBA), Yogyakarta. Di tempat itu Monica aktif menyuarakan perlawanannya terhadap kekerasan seksual terhadap anak," ujar Reny.
Baca juga : Anak Penjual Kopi Nyaris Batal Berangkat ke Kanada karena Ibunya Menghilang
Cerita tentang Monica sempat menyedot perhatian masyarakat di Indonesia. Pasalnya, Monica sempat kebingungan mencari Ibu kandungnya untuk meminta persetujuan tidak lama sebelum dia berangkat.
Saat itu, sang ibu diketahui memiliki KTP yang beralamat di Jalan Dahlia RT 08 RW 01 Kramat Senen. Dia tinggal beralas sederhana di selokan seberang Stasiun Senen.
Namun tempat tinggalnya di sana digusur hingga Ibunda Monica harus berpindah-pindah. Petugas Dinas Sosial pun sempat kesulitan mencari Ibunda Monica.
Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat Susana Budi Susilowati menjelaskan, Monica adalah putri dari seorang pedagang kopi keliling bernama Purwati.
Setelah dilakukan pencarian, akhirnya Purwati ditemukan di tempat tinggal barunya di pertigaan Jalan Gandasuri belakang Gedung LP3I Jakarta Pusat. Tanda tangannya tersebut kemudian menjamin putrinya untuk berangkat ke Kanada.