Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sejak 30 Tahun Lalu, di Pasar Tanah Abang Sudah Ada PKL Liar"

Kompas.com - 31/10/2017, 07:12 WIB
Sherly Puspita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Permasalahan mengenai pedagang kaki lima (PKL) liar di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat bukan terjadi baru-baru ini saja.

Seorang pedagang lama Pasar Tanah Abang, Samsul Rizal (60) mengungkapkan, sebelum gedung-gedung pasar yang dikelola PD Pasar Jaya dibangun, sudah ada PKL yang menjajakan dagangannya di pinggir-pinggir jalan.

"Sejak 30 tahun yang lalu udah ada PKL (di Pasar Tanah Abang). Saya dulu juga PKL," ungkapnya ketika ditemui Kompas.com di Blok G Pasar Tanah Abang, Senin (30/10/2017).

Ia yang kini berdagang pakaian di Blok G Pasar Tanah Abang mengaku memilih menjadi PKL karena pada saat itu bangunan Blok G merupakan kawasan Terminal Tanah Abang.

"Saya jualannya di seberang terminal. Jadi ramai, dan enggak ada bangunan pasar juga. Jadi ya dagang sekedarnya di pinggir jalan," sebutnya.

Baca juga : Sandi: Penertiban PKL Tanah Abang Dilakukan Pekan Depan

Sejumlah petugas Satpol PP berjaga di atas trotoar yang dipenuhi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Tanah Abang, Jakarta, Rabu (18/10/2017). Meskipun sudah ditertibkan, para PKL tersebut masih saja berjualan di atas trotoar dengan alasan harga sewa toko yang sangat mahal.ANTARA FOTO/RIVAN AWAL LINGGA Sejumlah petugas Satpol PP berjaga di atas trotoar yang dipenuhi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Tanah Abang, Jakarta, Rabu (18/10/2017). Meskipun sudah ditertibkan, para PKL tersebut masih saja berjualan di atas trotoar dengan alasan harga sewa toko yang sangat mahal.

Meski demikian, lanjutnya, dahulu para PKL tak sampai mengganggu arus lalu lintas.

"Dulu jalanan juga masih jelek, masih sepi juga. Kami jualan juga enggak sampai 'makan' jalan (berjualan hingga badan jalan)," sebutnya.

Hal ini dibenarkan oleh Aryani (52). Wanita yang sedari kecil hidup dan melihat kedua orangtuanya mencari rezeki di Pasar Tanah Abang ini mengaku PKL zaman dahulu tak sebrutal sekarang.

"Dulu PKL itu cuma sebaris gitu. Kalau sekarang kan sampai lapis tiga itu, jelas aja ganggu jalan," kata dia.

Baca juga : Soal PKL Tanah Abang, Anies Mengaku Sudah Ada Terobosan Menarik

Pasar Tanah Abang saat ini memang masih semrawut. Para PKL mengokupasi jalur pedestrian sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menginginkan penataan PKL di Kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, bersifat permanen. Dengan begitu, para PKL tidak akan lagi turun ke jalan.

Menurut Anies, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sudah memiliki beberapa terobosan untuk menata PKL di sana.

"Kami akan cari solusi yang bisa permanen, dan Alhamdulillah, Pak Wagub kemarin sudah diskusikan juga, sudah ada beberapa terobosan menarik. Tapi kan kami enggak cerita rencana ya, nanti kami laporkan kalau sudah eksekusi," ujar Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com