Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes Imbau Kurangi Konsumsi Gula

Kompas.com - 13/11/2017, 06:56 WIB

JAKARTA, Kompas.com - Kontroversi pengiklanan produk SKM yang sering dikampanyekan sebagai minuman sehat bagi semua anggota keluarga kembali mengemuka dalam momentum Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang dperingati setiap 12 November.

Terkait kontroversi pengiklanan produk SKM, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat  mengakui telah mendapat banyak aduan dari masyarakat terkait penayangan iklan susu kental manis (SKM) di televisi. Kekhawatiran itu terkait SKM yang lebih banyak kandungan gulanya dibandingkan susu asli, sehingga pengiklanan produknya diminta lebih relevan dengan kebutuhan dan kebaikan gizi bagi masyarakat.

Bahkan, aduan kepada KPI itu menempati urutan kedua terbanyak di bawah kasus penyehat tradisional. Meski demikian, KPI belum bisa mengeksekusi aduan tersebut karena harus berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) selaku pemberi izin peredaran.

"Ada kekhawatiran di tengah masyarakat bahwa SKM memiliki kandungan kadar gula tinggi. Tapi kami tidak bisa bilang iklan ini menyesatkan atau tidak, karena kami tak punya orang farmasi untuk meneliti kadar gula seperti yang dimiliki BPOM. Kami kan butuh argumen untuk mengatakan kalau iklan ini menyesatkan atau tidak," kata komisioner KPI, Dewi Setyarini  saat dihubungi, Sabtu (11/12).

Diketahui, pengiklanan produk SKM yang mengkampanyekan minuman sehat dengan melibatkan semua anggota keluarga termasuk anak-anak, mendapat sorotan banyak kalangan karena dinilai tidak relevan. Tingginya kadar gula pada produk ini lebih tepat diiklankan sebagai produk topping atau pelengkap makanan. Sebab, tingginya kadar gula jika diminum berlebihan dikhawatirkan berdampak pada penyakit diabetes dan obesitas. Terutama bagi anak-anak di bawah lima tahun yang notabene membutuhkan kecukupan dan keseimbangan gizi di saat Indonesia memiliki visi mencetak generasi emas 2045.

Dewi menuturkan, KPI bertugas salah satunya mengawasi iklan yang sudah tayang di televisi. Iklan itu muncul di media butuh proses panjang, yaitu melalui izin BPOM dan digodok lagi di tingkat produsen, lalu baru dibuat iklan untuk ditayangkan. "Jadi ada beberapa proses dan KPI adalah (mengawasi) pasca tayang. Setelah muncul lalu kami review," terangnya.

Untuk bisa mengeksekusi keluhan dan aduan dari masyarakat, KPI perlu bekerjasama dengan berbagai lembaga lain seperti BPOM dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Sehingga proses penghentian tayangan iklan akan lebih mudah. "Penting banget dilakukan sinergi. Misalnya Kemenkes bilang, ini lho SKM menyesatkan, bagaimana BPOM? Tapi kami punya kewenangan masing-masing," ujar dia.

Sejauh ini, pihaknya juga belum pernah mendapatkan surat dari otoritas seperti BPOM dan Kemenkes terkait pelarangan susu kental manis tertentu. "Sampai sekarang kami belum bisa melakukan tindakan apapun mengenai iklan SKM. Kami juga akan teruskan aduan masyarakat ke BPOM," ujar Dewi.

Sementara itu, pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mengatakan, perlu dibuatkan aturan khusus jika masalah pangan berdampak merugikan kesehatan anak-anak. Menurut dia, penayangan iklan atau promosinya harus lebih ketat dan tak bisa disamakan dengan regulasi pangan pada umumnya.

Dia pun membandingkan, banyak negara sudah tak menayangkan iklan SKM, tapi di Indonesia masih ada kelonggaran. "Di banyak negara, SKM sudah tidak lagi diiklankan. Misalnya di Eropa. Mengapa di Indonesia masih diiklankan dan menggunakan anak-anak sebagai bintang iklan dan SKM dikonsumsi seperti layaknya susu. Ini harus diatur," kata Agus Pambagio.

Menurutnya, pangan dengan kadar gula tinggi seperti minuman ringan dengan kadar gula tinggi atau susu kental manis mutlak harus diatur terpisah, termasuk pemberian label khusus. "Pangan seperti ini tidak boleh diiklankan dengan menggunakan model anak-anak atau diperuntukkan anak-anak," ujarnya.
Agus juga menekankan, SKM bukan susu, tapi larutan gula rasa susu. Ini seperti salah satu permen kopi, rasanya manis rasa kopi. "Jadi jangan dibalik-balik penyebutannya," tegas Agus.

Sementara itu, Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek di sela-sela peringatan Hari Kesehatan Nasional di area Car Free Day Jakarta, mengimbau kepada masyarakat agar mengurangi konsumsi gula sebagai bagian dari pola hidup sehat. Sebab, saat ini penyakit gula dan diabetes angkanya tinggi sekali di Indonesia.

Saat disinggung soal kontroversi SKM yang memiliki kandungan gula tinggi namun dikampanyekan minuman susu menyehatkan termasuk bagi anak-anak, Menkes menjawabnya dengan diplomatis.

“Kalau boleh kita berpikir yang betul. Kita minta ibu melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif enam bulan kalo bisa sampai dua tahun, tapi setelah umur 6 bulan diberi makanan tambahan. ASI itu tidak rasa kan, tapi kenapa kita meracuni anak kita dengan kemudian menambah gula, menambah garam kebanyakan. Saya kira sebenarnya kita harus sudah mulai mengubah. Betul bahwa sekarang penyakit gula dan diabetes tinggi sekali, hipertensi dan akhirnya sakit jantung banyak. Tadi disebut JKN atau BPJS sudah disebut-sebut harus membiayai orang sakit, bukan orang sehat. Itulah berarti kita harus mulai mengimbau kurangi konsumsi gula, sehingga nanti kita bantu dengan aturan yang akan dikeluarkan. Intinya adalah kita harus berpikir untuk mengurangi gula,” tutur Menkes.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonor untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonor untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Megapolitan
Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Megapolitan
Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com