Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Bocah di Jakarta Barat Tewas di Tangan Ibu Kandung

Kompas.com - 14/11/2017, 06:11 WIB
Sherly Puspita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS. com — GW, bocah lima tahun, harus merasakan sakitnya dianiaya sebelum akhirnya meregang nyawa. Tragisnya, penganiayaan itu dilakukan NW (25), ibu kandung GW.

GW tinggal bersama ibunya di sebuah kamar indekos di Jalan Asem Raya, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

GW bersekolah di sebuah taman kanak-kanak yang terletak di kawasan Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Letak TK tak begitu jauh dari indekos tempat GW dan ibunya tinggal.

Awalnya GW diantar dan dijemput ke sekolah oleh bibinya dengan sepeda kayuh karena NW sibuk bekerja. Namun, akhir-akhir ini NW sendiri yang kerap mengantar dan menjemput GW ke sekolah.

Anehnya, perilaku GW di sekolah kian berubah. GW yang semula periang tiba-tiba saja murung, tak bersemangat. Bahkan, guru di sekolah GW sering melihat bocah lelaki tersebut pergi ke sekolah dengan sejumlah luka tak lazim di tubuhnya.

Luka-luka

Mery, kepala sekolah TK tempat GW bersekolah, mengaku telah beberapa bulan curiga dengan keanehan sikap siswanya itu yang telah bersekolah di tempat itu selama dua tahun.

Mery menyebut, GW kerap duduk menunduk, meletakkan kepalanya di meja, dan melipat kedua tangannya, sementara temannya asyik bermain.

Wajah GW pun disebut sering "dihiasi" luka memar. Saat ditanya guru tentang luka-luka itu, GW beralasan itu hanya luka benturan akibat jatuh saat bermain.

Guru semakin terkejut ketika beberapa hari lalu GW semakin terlihat lemas dan menundukkan kepalanya ke meja. Tak seperti biasanya juga, GW mengenakan kaus lengan panjang sebagai pelapis baju seragamnya.

Guru pembimbing pun mengusap punggung GW dan menanyakan keadaannya.

"Kami usapnya pelan, tetapi tiba-tiba GW menjerit kesakitan. Kami intip punggungnya penuh luka garis seperti cakar. Ternyata luka cakar itu banyak sekali di punggung," kata Mery, Senin (13/11/2017).

Mery saat itu meminta GW membuka bajunya untuk dicek lebih lanjut. Namun, GW menolak dan sekali lagi melontarkan jika luka-luka itu akibat jatuh saat bermain.

Mery dan guru lainnya tak percaya begitu saja. Ia berusaha memanggil NW guna menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, NW tak pernah memenuhi undangan pihak sekolah.

"Kami pernah hubungi juga via WhatsApp, kadang hanya dibaca dan tidak dibalas, kadang beralasan terlalu sibuk sehingga tak dapat memenuhi undangan," lanjut Mery.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama KontraS Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama KontraS Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

Megapolitan
Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Megapolitan
Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran 'Saudara Frame', Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran "Saudara Frame", Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Megapolitan
Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com