JAKARTA, KOMPAS.com - Para pedagang sekitar kawasan Kota Tua yang direlokasi ke lokasi binaan di Taman Kota Intan, Jalan Cengkeh, Jakarta Barat mengeluhkan sepinya pengunjung yang datang dan berbelanja ke lokasi binaan.
Saat Kompas.com menyambangi kawasan tersebut pada Selasa (21/11/2017), para pedagang hanya terlihat duduk-duduk di depan lapak mereka sambil mengobrol.
Dian, salah seorang penjual nasi padang mengungkapkan, semenjak berjualan di lokasi binaan, ia sudah tak pernah lagi mengirimkan uang bulanan untuk keluarganya di Jawa Timur. Sebelum dipindahkan ke Taman Kota Intan, Dian juga kerap pulang ke kampung halamannya.
"Sudah mau dua bulan ini enggak ngirim-ngirim (uang) ke kampung, enggak tahu itu anak-anak sama embahnya di sana makan apa," ucapnya sambil menahan air mata.
Baca juga : PKL dan Parkir Liar di Kota Tua Jadi Penyebab Sepinya Lokbin Cengkeh
Alasan Dian bertahan menempati lokasi binaan ini juga karena kios tersebut masih gratis alias belum ditarik iuran sewa.
Namun, jika lokasi binaan yang ditempatinya telah diterapkan uang sewa, dirinya pun akan mencari tempat lain untuk berjualan.
"Buat apa jualan di sini, pengunjung enggak ada, apalagi kalau ditarik sewa iuran, mending pindah," tuturnya.
Perwakilan pedagang di Lokasi binaan di Taman Kota Intan yakni Choirul Umam menyebutkan, di lokasi tersebut terdapat 456 kios yang dimiliki oleh satu kepala keluarga setiap kiosnya.
"Disini ada 456 kios, kalau 1 kios yang dikelola 1 kepala keluarga, dan 1 kepala keluarga itu terdiri dari 4 orang, artinya sekitar 1.800 orang menggantungkan hidupnya di sini," kata Choirul, pedagang pakaian anak.
Baca juga : Ramaikan Lokbin Cengkeh, Sudin UMKM Upayakan Pentas Seni Digelar Tiap Pekan
Menurut Choirul, jika keadaan seperti ini terus berlangsung. Maka bukan tidak mungkin sekitar 1.800 jiwa akan kelaparan karena tulang punggung yang berjualan di lokasi binaan tak pernah membawa hasil bahkan selalu merugi setiap harinya.
Baca juga : Lokbin Taman Kota Intan, Rumah Baru PKL Kota Tua Peninggalan Ahok-Djarot
"Mau makan apa kalau setiap hari kita tidak dapat uang? Kalau batu atau tanah bisa dimakan mungkin kita makan, tapi kan kita masih makan nasi," tuturnya.
Choirul menyebutkan, sejak diresmikan pada 5 Oktober 2017 lalu hingga saat ini, beberapa pedagang sudah menutup kiosnya karena sepinya pembeli.
Adapun beberapa pedagang yang masih bertahan, berharap agar lokasi binaan itu segera dicarikan solusinya agar perputaran uang terjadi di lokasi tersebut. Para pedagang berharap pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memberikan petunjuk akses ke Taman Kota Intan.
Pasalnya, tidak adanya petunjuk akses seperti plang nama Taman Kota Intan menjadi salah satu penyebab para pengunjung tidak menyambangi lokasi yang berdekatan dengan Museum Fatahilah tersebut.
"Orang yang ke sini itu paling orang nyasar, karena memang enggak ada petunjuk sama sekali," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.