Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Preman yang Jadi Penghubung Satpol PP dan PKL

Kompas.com - 24/11/2017, 15:01 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator investigasi Ombusdman RI, Nyoto Budianto, mengatakan, preman yang menjadi penghubung transaksi antara oknum Satpol PP DKI Jakarta dan pedagang kaki lima merupakan komunitas yang telah terbentuk cukup lama.

Sebelumnya, Ombusdman melakukan pemantauan di tujuh daerah yang rawan PKL guna melihat apakah terjadi malaadministrasi yang dilakukan Satpol PP.

Hasilnya, ditemukan ada indikasi kerja sama antara oknum Satpol PP dan preman untuk melakukan pungutan liar kepada PKL.

Nyoto mengatakan, preman atau dalam istilah para PKL disebut pengurus merupakan komunitas lokal atau kelompok pendatang yang merasa memiliki kekuasaan mengatur wilayah tersebut.

Baca juga: Ombudsman Temukan PKL Bayar Rp 500 Ribu hingga Rp 8 Juta ke Satpol PP

"Ada beberapa komunitas, tetapi globalnya pengurus. Jadi, ada komunitas setempat, lokal, ada pendatang yang menguasai. Mereka punya power dan mereka enggak operasi satu orang," ujar Nyoto.

Pintu masuk Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (30/10/2017).Kompas.com/Sherly Puspita Pintu masuk Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (30/10/2017).
Hal itu dikatakan saat konferensi pers terkait dugaan malaadministrasi yang dilakukan Satpol PP DKI di kantor Ombudsman, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (24/11/2017).

Ombusdman melakukan pemantauan selama dua pekan di Pasar Tanah Abang, kawasan Stasiun Tebet, Setia Budi Menara Imperium, kawasan Jatinegara, Setia Budi Perbanas, dan kawasan Stasiun Manggarai.

Baca juga: Ombudsman Sebut Preman Jadi Perantara Oknum Satpol PP dan PKL

Nyoto mengatakan, dari pemantauan yang dilakukan di tujuh wilayah itu, belum ditemukan keterkaitan antara kelompok preman di satu wilayah dan preman di wilayah lain. Namun, preman tersebut memang membuat komunitas dan tidak bekerja sendiri.

Terindikasi juga preman yang disebut pengurus merupakan bagian dari organisasi massa (ormas) tertentu.

"Mereka enggak operasi satu orang, dia enggak single fighter. Dia punya komunitas, apakah ada legal hukum atau hanya ngumpul-ngumpul, lalu buat komunitas," ujar Nyoto.

Baca juga: Ombudsman Temukan Oknum Satpol PP DKI Tarik Pungli ke PKL

Kompas TV Salah satu pekerjaan rumah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah pembenahan kawasan Tanah Abang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Sedang Mengandung Empat Bulan

Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Sedang Mengandung Empat Bulan

Megapolitan
Pergaulan Buruk Buat Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi karena Konsumsi Narkoba...

Pergaulan Buruk Buat Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi karena Konsumsi Narkoba...

Megapolitan
Pria yang Tewas di Kamar Kontrakan Depok Tinggalkan Surat Tulisan Tangan

Pria yang Tewas di Kamar Kontrakan Depok Tinggalkan Surat Tulisan Tangan

Megapolitan
Pria di Cengkareng Cabuli Anak 5 Tahun, Lecehkan Korban sejak 2022

Pria di Cengkareng Cabuli Anak 5 Tahun, Lecehkan Korban sejak 2022

Megapolitan
Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Diberi Uang Rp 300.000 untuk Gugurkan Kandungan oleh Kekasihnya

Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Diberi Uang Rp 300.000 untuk Gugurkan Kandungan oleh Kekasihnya

Megapolitan
Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Sudah Berpacaran dengan Kekasihnya Selama 3 Tahun

Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Sudah Berpacaran dengan Kekasihnya Selama 3 Tahun

Megapolitan
Sang Kekasih Bawa Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading ke Jakarta karena Malu

Sang Kekasih Bawa Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading ke Jakarta karena Malu

Megapolitan
Kasus Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading Belum Terungkap Jelas, Polisi: Minim Saksi

Kasus Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading Belum Terungkap Jelas, Polisi: Minim Saksi

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jabodetabek Hari Ini: Waspadai Hujan di Pagi Hari

Prakiraan Cuaca Jabodetabek Hari Ini: Waspadai Hujan di Pagi Hari

Megapolitan
Terbukti Konsumsi Ganja, Chandrika Chika dkk Terancam Empat Tahun Penjara

Terbukti Konsumsi Ganja, Chandrika Chika dkk Terancam Empat Tahun Penjara

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Konsumsi Narkoba Satu Tahun Lebih

Selebgram Chandrika Chika Konsumsi Narkoba Satu Tahun Lebih

Megapolitan
Meski TikTokers Galihloss Minta Maaf Usai Video Penistaan Agama, Proses Hukum Tetap Berlanjut

Meski TikTokers Galihloss Minta Maaf Usai Video Penistaan Agama, Proses Hukum Tetap Berlanjut

Megapolitan
Alasan Chandrika Chika dkk Konsumsi Narkoba: Bukan Doping, untuk Pergaulan

Alasan Chandrika Chika dkk Konsumsi Narkoba: Bukan Doping, untuk Pergaulan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pilu Wanita yang Tenggelam di Kali Mookervart | Kasus Bocah Setir Mobil Pameran dan Tabrak Tembok Mal Berujung Damai

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pilu Wanita yang Tenggelam di Kali Mookervart | Kasus Bocah Setir Mobil Pameran dan Tabrak Tembok Mal Berujung Damai

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com