JAKARTA, KOMPAS.com - Rosinah (31) dan adiknya Mira (25), warga Bidara, Jakarta Utara, sudah tiga bulan ini kerap mengunjungi rumah susun Marunda. Akibat ajakan temannya, ibu rumah tangga tersebut tertarik untuk belajar membatik, sebuah kegiatan yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.
"Tahu dari teman, di sini ada kegiatan membatik. Belajar dari tidak bisa, sekarang sudah tahu bagaimana mencanting dan mewarnai batik," ucap Rosinah saat ditemui Senin, (4/12/2017).
Rosinah bersyukur, kegiatan ini tidak membedakan apakah ia penghuni rusun atau bukan. Ia bersama beberapa ibu rumah tangga lainnya, kebanyakan dari cluster A rusun Marunda, mulai memproduksi batik yang disebut dengan batik Marunda.
Para ibu ini kebanyakan datang dengan keingintahuan mengenai membatik untuk menghabiskan waktu luang. Banyak juga yang jatuh hati membatik hingga membawa pekerjaan tersebut saat di rumah.
"Kadang kalau sudah membatik bawaannya pengen diselesaikan. Urus anak dan lapar malah kadang tidak dipikirkan," ucap Yuri, penghuni blok A11 sembari tertawa.
Baca juga : Melihat Batik Karya Ibu Rumah Tangga Rusun Marunda
Kegiatan yang diawasai oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah DKI Jakarta bersama Yayasan Meek Nusantara ini awalnya di didirikan untuk membantu ibu-ibu penghuni rusun untuk berkarya. Lebih jauh lagi dapat memberikan tambahan penghasilan dari usaha membatik mereka.
"Salah satu alasannya ikut juga untuk dapat tambahan buat keluarga. Saya dengar dari kelompok cluster B (yang sudah lebih dulu membatik), hasilnya lumayan," ucap Djumsani (35) warga blok A10.
Batik Marunda hasil karya ibu rumah tangga rusun Marunda ini memang dijual untuk kalangan atas. Dengan batik tulis, satu kain batik Marunda dijual mulai Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta.
Baca juga : Belajar Membatik di Rusun Marunda
Tidak sedikit desainer menengok karya batik Marunda ini untuk menjadi bahan busana mereka. Salah satunya merek yang menggunakan karya batik Marunda adalah Sejauh Mata Memandang.
"Para ibu-ibu tersebut juga tidak menunggu kain laku baru dapat hasil. Kita berikan saat mereka menyerahkan kain batik garapan mereka. Kita sudah ada ketentuannya kasar halus. Begitu selesai setor sama kita, ini masuk kategori apa, langsung dapat bayarannya," ucap Rofi'i, PIC kegiatan batik di Marunda.
Warga cluster A baru belajar membatik selama tiga bulan mengingat ruangan membatik baru saja dipindahkan ketempat mereka setelah sebelumnya di cluster B.
Mereka berharap setelah melewati program pelajaran ini mereka dapat berkarya dengan menyelesaikan beberapa pesanan yang sudah masuk ke kelompok mereka.