JAKARTA, KOMPAS.com - Mesin parkir meter di Jakarta yang dulu digagas Basuki Tjahja Purnama alis Ahok tahun 2015 saat dia menjabat sebagai gubernur kini mulai ditinggalkan. Sebagian karena kondisinya rusak. Penyebab lain adalah orang malah menggunakan mesin itu.
Mesin parkir meter yang tidak terpakai bisa ditemui di kawasan Falatehan, Jakarta Selatan. Beberapa mesin memang tak berfungsi.
Menurut Hardi, juru parkir (jukir) di kawasan tersebut, keberadaan mesin tersebut kurang efektif.
"Jarang yang pakai, mereka (masyarakat) itu rata-rata pada nggak punya kartu, apalagi yang pakai motor. Jadinya kita-kita (jukir) juga yang nge-tap, terus mereka bayar pakai uang cash," kata Hardi, Rabu (6/12/2017).
Selain tak memiliki kartu, warga juga malas menggunakan mesin parkir karena dinilai terlalu mahal, apalagi dengan kondisi lahan parkir yang seadanya.
Baca juga : Banyak Mesin Parkir Meter yang Rusak di Falatehan
Kondisi itu juga diakui Narsin, jukir di sekitar ruko kawasan Falatehan. Menurut Narsin konsumen yang mengeluh rata-rata pengguna mobil.
"Mobil satu jam pertama Rp 5.000, kondisinya parkiran ini kan di pinggir jalan, mereka anggap kemahalan kalau tiap jam berikutnya Rp 5.000 lagi," kata Nursin.
"Biasanya mereka parkir di pinggiran paling cuma kasih Rp 2.000 sampai Rp 3.000 sudah cukup. Ini malah seperti di mall," tambah Nursin.
Mulai Senin lalu, ujar dia, sistemnya kembali ke model manual, menggunakan karcis parkir.
"Senin kemarin sih kami sudah disuruh pakai manual lagi, jadi balik ke awal. Untuk mesin belum ada kabar mau di tarik atau tidak, isunya cuma menunggu ada vendor baru sampai Februari (2018)," kata Hardi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.