Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes Wanti-wanti Warga Tak Ciptakan Vaksin Difteri Palsu

Kompas.com - 11/12/2017, 09:50 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Nila F Moeloek berharap tak ada oknum masyarakat yang memalsukan vaksin difteri untuk mendapatkan keuntungan. Hal tersebut disampikan Nila, berkaca dari kasus penyebaran vaksin palsu di sejumlah daerah yaitu Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.

Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan, 1.500 anak menggunakan vaksin palsu hingga 23 Agustus 2016.

"Jangan timbul vaksin-vaksin palsu. Ini merupakan peluang, dan ada (masyarakat) yang terlalu kreatif dan itu tidak baik," ujar Nila saat pencanangan kegiatan imunisasi difteri di SMAN 33, Cengkareng, Jakarta Barat, Senin (11/12/2017).

Nila mengatakan, pemalsuan vaksin akan sangat berbahaya, mengingat difteri bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.

Baca juga : Anies Sebut DKI Kurang Rp 70 Miliar untuk Vaksin Difteri, Kemenkes RI yang Tanggung

Untuk itu, vaksin haruslah benar-benar berstandar nasional serta diakui oleh Kemenkes.

Adapun vaksin difteri yang diberikan Kemenkes secara gratis merupakan produk Bio Farma. Masyarakat dengan anak yang belum diimunisasi atau orang dewasa yang semasa kecil belum diimunisasi bisa mendatangi sejumlah rumah sakit dan puskesmas di wilayahnya.

Pemberian vaksin palsu dapat membahayakan sistem imun hingga jiwa seorang anak.

"Memang belum ada kasusnya, tetapi harus diingatkan," ujar Nila.

Baca juga : 700.000 Anak dan Orang Dewasa di Jakarta Barat Dapat Imunisasi Difteri

Berdasarkan data Kemenkes hingga November 2017, ada 95 kabupaten dan kota dari 20 provinsi yang melaporkan kasus difteri. Terdapat 622 kasus, dan 32 di antaranya meninggal dunia. Semakin meluasnya wabah difteri membuat Kemenkes akhirnya menetapkan status kejadian luar biasa (KLB).

Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheriae dan biasanya mempengaruhi selaput lendir hidung dan tenggorokan. Difteri menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar getah bening membengkak, dan lemas.

Kompas TV Rumah Sakit Penyakit Infeksi Suliyanti Saroso, Jakarta terus menerima rujukan pasien difteri dari beberapa daerah di wilayah Jabodetabek.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com