Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes Tengok Kondisi Pasien Difteri di RSPI Sulianti Saroso

Kompas.com - 11/12/2017, 13:46 WIB
Setyo Adi Nugroho

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan, Nila Djuwita F Moeloek, meninjau perawatan para pasien wabah difteri di RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Senin (11/12/2017). Peninjauan itu terkait penetapan kejadian luar biasa (KLB) terhadap difteri yang terjadi di beberapa provinsi di Indonesia, salah satunya DKI Jakarta.

"Tadi yang dirawat di RSPI ada 33 pasien suspect difteri. Bukan hanya dari Jakarta tapi juga dari Depok, Tangerang, Bekasi, Bogor," ujar Nila.

Dari 33 pasien itu, sebanyak 22 pasien adalah anak-anak dan 11 pasien orang dewasa. Pasien anak berusia satu sampai empat tahun.

Pasien dewasa dapat terkena difteri jika belum mendapatkan imunisasi DPT untuk difteria. Imunisasi DPT baru ada di Indonesia pada 1977.

"Anak-anak ini punya anti bodi rendah sekitar 60 persen. Untuk anak-anak yang lebih dewasa antibodi tinggi," ucap Nila.

Baca juga : Menkes Sedih Vaksin Difteri Gratis untuk Warga, tetapi...

Menurut Nila, salah satu penyebab dalam kurun waktu empat sampai lima tahun terakhir  penyakit difteri meruak adalah karena orang tua tidak memberikan imunisasi pada anaknya.

"Tadi di tanyakan ke ibunya, diberi imunisasi tidak? Jawabnya tidak. Alasannya macam-macam, takut panaslah segala macam. Kelihatan sekali kenapa meningkat empat tahun terakhir karena tidak imunisasi maka kejadian KLB," ucap Nila.

Pemerintah telah melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) di beberapa daerah mulai hari ini, salah satunya di Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Beberapa daerah juga tercatat melaksanakan ORI tersebut.

"Stok vaksin cukup. Kita dengar tadi ada 3,5 juta vial dimana 1 vial ada 10 dosis. Dihitung-hitung jumlahnya siap ini untuk 2017," ujar Nila

Tahun depan Kementerian Kesehatan akan duduk bersama PT Biofarma selaku produsen vaksin. Pemerintah meminta produksinya ditingkatkan atau dipercepat. Itu karena pemberian ORI dilakukan tiga kali yakni sekarang, lalu satu bulan lagi, kemudian enam bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com