Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes: Difteri Meningkat 4 Tahun Terakhir karena Tidak Imunisasi

Kompas.com - 11/12/2017, 18:18 WIB
Setyo Adi Nugroho

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek menyayangkan masih ada orangtua yang menolak anaknya divaksin. Nila menemukan pasien yang terkena difteri ternyata tidak mendapat imunisasi.

"Tadi ditanyakan ke ibunya, diberi imunisasi tidak? Jawabnya tidak. Alasannya macam-macam, takut panaslah, segala macam. Kelihatan sekali kenapa meningkat 4 tahun terakhir karena tidak imunisasi maka kejadian KLB," ucap Nila saat kunjungan ke RSPi Sulianti Saroso, Senin (11/12/2017).

Nila mengungkapkan, akibat ada yang menolak divaksin, maka keluarga, tetangga, kerabat, ataupun saudaranya bisa ikut terjangkit difteri.

Pemerintah saat ini bahkan melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia mengingat status difteri yang telah menjadi kejadian luar biasa (KLB).

Baca juga : Menkes Sedih Vaksin Difteri Gratis untuk Warga, tetapi...

"ORI ini bayangkan kita harus berikan keseluruhan pada anak dibawah 18 tahun. Di sekolah, madrasah, pesantren, semua. Hitung ongkos yang perlu dikeluarkan," ucap Nila.

Penggambaran biaya rawat jika terkena difteri sekitar Rp 10 juta untuk ruang perawatan kelas 3. Selain itu bagi yang positif sakit difteri perlu diberikan antidifreria serum.

"Ini kita masih impor. Satunya Rp 4 juta," ucap Nila.

Masalah lainnya, lanjut Nila, produktivitas orangtua menurun karena harus menjaga anaknya yang sakit. Kondisi KLB juga menambah beban negara.

"Nah ini bisa jadi masalah ke depannya. Saya harap masyarakat memanfaatkan ORI ini dengan sebaik-baiknya. Pemerintah sudah mengupayakan, mohon digunakan," ucap Nila.

Baca juga : Kupas Habis Difteri, Bagaimana Penyakit Kuno Jadi Hantu pada 2017?

Kompas TV Simak wawancaranya dengan Sekretaris Satgas Imunisasi, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dokter Soedjatmiko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com