JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Mardiaz Kusin Dwihananto berencana memasukkan remaja dan preman yang tertangkap saat operasi polisi ke pesantren kilat.
Program ini mulai dicoba pada Jumat (22/12/2017), dengan sasaran pertamanya remaja yang diduga akan tawuran di Pesanggrahan.
"Rencana awal sebetulnya semua preman yang terjaring kami pesantrenkan. Yang semalam tertangkap dimasukkan pesantren kilat saja," kata Mardiaz, Sabtu (23/12/2017).
Pada Jumat dini hari, 10 remaja yang sedang nongkrong di Jalan AMD X, Petukangan Utara, Pesanggrahan ditangkap polisi karena diduga hendak tawuran. Mereka diamankan bersama pedang, klewang, dan celurit yang disimpang di dekat tongkrongan mereka.
Mardiaz mengatakan orangtua para remaja tersebut diminta membuat pernyataan agar anaknya mengikuti kegiatan pesantren kilat yang digelar polisi.
(Baca juga: Ditinggal Tawuran, 10 Sepeda Motor Pelajar Diangkut Polisi)
Pesantren kilat itu dilaksanakan di Masjid Nur Abu Wizar di Mapolrestro Jakarta Selatan selama tiga hari. Para peserta menginap atau beritikaf di masjid, dan selama tiga hari penuh mengikuti shalat tahajud, mengaji, hingga mendengar ceramah ustad dan polisi.
Kegiatan ini rencananya akan dilaksanakan rutin sebagai upaya pembinaan terhadap mereka yang tertangkap.
"Untuk pesantren kilat minggu ini, sudah kami perintahkan siswa yang dikirim dari sekolah yang bandel-bandel, nanti kami evaluasi," ujar Mardiaz.
Adapun siswa berkeyakinan nasrani akan dicarikan gereja yang bisa menerima semua persekutuan. Begitu pula keyakinan lainnya, akan dikirimkan ke rumah-rumah ibadah lainnya.