JAKARTA, KOMPAS.com — Pengunjung Taman Fatahillah harus gelap-gelapan menonton gerhana bulan. Pihak pengurus Kota Tua sebelumnya menyalakan seluruh penerangan di lapangan tersebut. Namun, ternyata penerangan tersebut justru mengganggu proses nonton bareng di layar proyektor.
"Jadi, kami matikan supaya pengunjung juga lebih fokus menontonnya," ucap Kepala Unit Pelaksana Kawasan Kota Tua Novriadi S Husodo, Rabu (31/1/2018).
Begitu lampu dimatikan terdengar reaksi para pengunjung. Beberapa pengunjung memang menyampaikan penerangan taman mengganggu melihat proses gerhana.
Bulan mulai menampakkan diri sekitar pukul 18.30 di sisi timur. Kondisi cuaca berawan menyebabkan proses menonton gerhana sedikit terkendala.
Baca juga: Masyarakat Antre Lihat Gerhana Pakai Teropong di Monas
Bulan silih berganti menampakkan diri kemudian tertutup awan yang bergerak.
"Sebenarnya cuacanya bagus. Cuma memang awannya banyak, ya. Jadi, sayang tidak bisa jelas melihat proses gerhana sejak awal," ucap Iis (23) salah satu warga yang menonton di Taman Fatahillah.
Layar utama 8x5 meter yang menayangkan proses gerhana pun lebih banyak menayangkan gambar gelap. Sesekali gambar bulan muncul lalu menghilang.
Proses gerhana bulan total diperkirakan akan berlangsung pukul 21.00.
Baca juga: Serunya Mengintip Gerhana Bulan Total di Imah Noong Lembang
Fenomena ini terakhir kali terjadi di Indonesia pada tahun 1982 dan baru akan terjadi lagi di tahun 2037.
Gerhana bulan kali ini dianggap istimewa karena ada tiga fenomena alam yang dapat disaksikan oleh masyarakat dan ini terjadi dalam siklus 150 tahunan.
Gerhana bulan kali ini terjadi saat fase supermoon, atau saat bulan berada di titik paling dekat dengan bumi.
Baca juga: Simak Live Streaming Gerhana Super Blue Blood Moon
Kemudian, akan ada fenomena bulan berubah menjadi berwarna biru dan merah darah. Terakhir adalah gerhana bulan total.
Ini membuat gerhana bulan kali ini disebut super blue blood moon atau gerhana bulan biru kemerahan.