JAKARTA, KOMPAS.com - PT MRT Jakarta bekerja sama dengan MTR (mass transit railway) Corporation selaku operator mass rapid transit di Hong Kong untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) dan konsep pengembangan.
Presiden Academy MTR Morris Cheung menyebut ada dua hal utama yang harus diperhatikan MRT Jakarta. Pertama, soal transit oriented development (TOD) di stasiun.
"Lebih dari menggali nilai ekonomis suatu wilayah, TOD juga berperan menunjang operasional MRT," kata Cheung dalam sambutannya di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (1/2/2018).
MTR Hong Kong pertama dibangun pada 1979 dengan panjang rel 80 kilometer. Kini MTR memiliki panjang 230 kilometer dengan 70 dari 159 stasiunnya terintegrasi dengan properti.
Cheung menilai dengan MRT, kota akan lebih kecil, orang bergerak lebih cepat, dan tersedia banyak ruang bagi perumahan.
Baca juga : Cerita Sandiaga Tolak Ajakan ke Hong Kong untuk Lihat MTR
Kata Cheung, keuntungan dari komersialisasi properti di sekitar MRT berdampak pada keuntungan, berkurangnya subsidi pemerintah, hingga turunnya tarif bagi pengguna layanan.
"Keuntungan ini bisa digunakan untuk mendanai proyek baru. Ini penting bagi kota-kota di dunia yang sedang menghadapi perubahan," ujar Cheung.
Kedua, aspek yang penting diperhatikan dalam operasional MRT yakni keamanan dan keselamatan. Kuncinya, kata Cheung, terletak pada orang-orang yang nanti bertanggung jawab mengoperasikannya.
"Orang profesional dibutuhkan untuk operasional yang stabil dan mulus," kata Cheung.
Baca juga : Enam Tahun Lagi, Singapura dan Malaysia Tersambung MRT
Cheung memberi saran kepada Jakarta agar selalu mengutamakan keamanan dan memperlakukan orang sebagai aset terpenting.
MTR Corporation kini sudah mengoperasikan MRT di London, Stockholm, Beijing, Shenzhen, Hangzhou, Melbourne, and Sydney.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.