JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Hengki Haryadi mengatakan akan tegas menindak peredaran narkoba di Kampung Boncor, Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat.
"Kampung Boncos ini hendak kami tikam," kata Hengki di Mapolres Jakarta Barat, Kamis (8/2/2018).
Menurut dia, Kampung Boncos lebih menyulitkan dibandingkan Kampung Ambon. Banyak gang-gang sempit di kampung tersebut.
"Yang jadi catatan, (Kampung) Boncos lebih sulit dari Kampung Ambon karena terdiri dari gang sempit jadinya lebih sensitif," kata dia.
Baca juga : Kampung Boncos yang Kembali Jadi Sasaran Polisi...
Menurut Hengki, selama November 2017 hingga Februari 2018, pihaknya telah menangkap 27 orang dengan 21 kasus narkoba.
Barang bukti yang diamankan sebanyak 154,75 grap sabu, delapan senjata tajam, dua timbangan elektrik, enam buah ponsel, dua buah bong, lima alat hisap dari botol air mineral, kantong plastik klip dan uang tunai Rp 21.450.000.
Terakhir, polisi melakukan penangkapan di Kampung Boncos pada Rabu (7/2/2018) kemarin. Sembilan orang ditetapkan sebagai tersangka karena tertangkap tangan sedang melakukan transaksi sabu di kamar indekos.
Baca juga : Polisi Gerebek 9 Orang yang Bertransaksi Sabu di Kampung Boncos
Polisi menemukan 64 gram sabu, alat hisap, enam buah ponsel, sebuah golok, sebuah celurit, kantong plastik klip dan uang tunai sebesar Rp 1.480.000.
Pada Rabu (14/2/2018) mendatang, Polres Metro Jakarta Barat berencana menyampaikan rencana pemberantasan narkoba ke Pemprov DKI Jakarta di Balai Kota. Salah satu topik yang akan disampaikan adalah meminimalisir penemuan remaja sebagai pengguna narkoba.
"Kita sentuh sekolah. Anak sekolah banyak yang menjadi korban. Polisi sahabat remaja," ujar Hengki.
Pengamatan Kompas.com di Kampung Boncos sehari setelah penggerebekan, kegiatan warga berjalan seperti biasa. Sejumlah pemuda terlihat duduk-duduk di depan gang, dan sekelompok ibu asyik berbincang tak jauh dari mereka.
Ketika Kompas.com meminta tanggapan mereka terkait penggrebekan narkoba oleh pihak kepolisian kemarin, mereka menghindar. Mereka menolak untuk berkomentar. Bahkan, ketika ditanya rumah ketua RT dan RW setempat, mereka juga tak menjawab.